Cara mendapat petunjuk dan cahaya dari Allah

Mendapatkan petunjuk orang-orang yang berjalan menuju Allah dengan cahayanya tawajjuh, tegasnya cahaya hasil dari ibadah dan riyadhoh. Sedangkan kalau waasiluun yaitu yang sudah mempunyai cahaya muwajjahah (berhadapan dengan Allah). Maka orang-orang yang sedang berjalan menuju Allah, mereka sedang mencari cahaya-cahaya yang timbul dari ibadah.

Sedangkan orang waasiluun itu cahayanya sudah menetap, sebab waasiluun itu geraknya karena Allah bukan karena yang lainnya. Seperti firman Allah “harus kalian harus menghadap ke Allah, jangan belok ke yang lainnya”. Terus harus meninggalkan orang yang suka terhadap hal-hal yang batal.

Penjelasan : orang-orang yang berangkat menuju Allah itu mendapatkan petunjuk/diterangi oleh cahaya-cahaya, menghadapkan diri kepada Allah dengan macam-macam peribadahan.

Maka akan menimbulkan cahaya di hati-hatinya, yang dengan cahaya itu mendapatkan petunjuk menuju Allah. Sehingga sampailah di ma’rifat ke Allah swt. Sedangkan orang-orang yang sudah wusul ke Allah, sudah mempunyai cahaya muwajahah, tegasnya rasa berhadapan dengan Allah swt. Kalau saairuun mendapatkan petunjuk dengan cahaya syari’at dan hakikat. Sedangkan waasiluun dengan cahaya hakikat.

Nah saairuun ini merupakan ‘abid nya cahaya, sebab membutuhkan terhadap cahaya hasil ibadah untuk tawassul ke yang ditujunya. Sedangkan orang waasiluun itu didatangin cahaya hakikat, sebab geraknya karena Allah, bukan karena cahaya.

Maka tingkahnya ini muwafaqoh dengan firman Allah “harus menghadap kalian kepada Allah, dan jangan berbelok kalian ke cahaya dan luar cahaya, terus harus membiarkan kalian terhadap orang yang bermain di pembatalannya. Apabila hanya mengutamakan bertauhid itu disebut haqqul yakiin. Kalau melihat perkara selain dari Allah, itu salah

 

 Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (Hikmah ketiga puluh satu)

Scroll to Top