Ilaahii ‘amiyat ‘ainun laataraka ‘alaiha raqiiban, wa khasirat shafaqata ‘abdin lam taj’al lahu min hubbika nashiiban.
Penglihatan hati yang tidak menyatakan bahwa Allah tidak melihat hatinya serta memperhatikan, maka itu berarti matanya buta. Biasanya yang seperti ini tidak malu oleh Allah, karena anggapannya bahwa Allah itu tidak memperhatikan, sehingga dirinya bebas melakukan apapun sekehendak dirinya.
Sedangkan mata hati yang normal adalah yang menyatakan bahwa Allah swt memperhatikan terhadap hatinya, memperhatikan kepada dirinya. Sehingga sering memiliki perasaan malu ketika melakukan perbuatan yang dicela oleh Allah. Begitu juga akan merugi perdagangan orang yang tidak dibarengi rasa cinta .
Yang dimaksud dengan perdagangan adalah dengan mengerahkan segala jiwa raga kita atau memberikan harta kita di jalan Allah, ini berarti menjual kepada Allah swt. Artinya nanti akan dibayar oleh Allah swt dengan ganjaran (Pahala).
Maka alangkah ruginya kalau di dalam perdagangannya tidak disukai oleh Allah. Maksudnya ada bagian ketentuan Allah terhadap datangnya sesuatu yang tidak disukai, misalnya seperti orang musyrik yang membuat kebaikan dengan memberi sumbangan serta mengharapkan ganjaran dari Allah. Nah, perdagangannya rugi sebab tidak akan diberi ganjaran. Seperti firman Allah: “Fahabithat a’maa luhum”, orang yang berbuat kebaikan dalam keadaan musyrik kepada Allah, maka lebur di akhiratnya akan mendapat bagian.
Rasulullah saw bersabda: “Aku ingin dijadikan kebaikan, seperti kebaikannya orang yang dicintai oleh Allah. Aku tidak ingin dijadikan kebaikan seperti kebaikan orang yang musyrik kepada Allah.”
Sebab walaupun bagus, kalau datangnya dari orang yang dibenci oleh Allah (musyrik), tidak dianggap sebagai sebuah kebaikan.
Walaupun sedikit tetapi pemberiannya itu dari orang yang dicintai, seperti diberi air teh oleh pacar, itu akan sangat dihormatinya dan akan dianggap besar. Dan sebaliknya walaupun diberi daging oleh orang yang tidak disukai, kan tidak mau meminumnya bahkan tidak mau melihatnya.