Mengapa Allah swt Memberikan Kebahagiaan dan Kebingungan Kepada Kita

Allah memberikan kegembiraan kepada kita agar tidak bingung selamanya. Serta Allah memberikan kebingungan (kerepotan) kepada kita, supaya kita tidak gembira selamanya. Allah juga mengeluarkan kita dari kebingungan/kerepotan menuju kegembiraan supaya hati kita tidak selamanya melekat kepada perkara selain dari Allah.

Penjelasan : Disini akan dijelaskan tentang tingkahnya manusia ketika dilanda kebingungan dan mendapatkan kebahagiaan. Tegasnya orang sering diberi kebahagiaan supaya tidak bingung selamanya. Dan terkadang orang itu diberi kebingungan/kerepotan.

Nah bingung dan gembira/bahagia adalah dua hal yang sering hinggap di manusia. Tingkahnya sering bergantian, seperti bergantiannya siang dan malam. Umumnya manusia apabila ditimpa ketakutan maka dia sering bingung hatinya, dan apabila ada kejadian yang diharap-harapkan maka sering senang hatinya.

Orang yang khowas dimana melihat sifat jamal nya Allah, maka dia akan senang hatinya (kaya hati), dan dimana-mana melihat sifat jalalnya dan sifat qoharnya Allah maka dia menjadi bingung.

Sedangkan orang khowas al khowas itu sama, maksudnya tidak ada perbedaan /tidak menjadi bingung dan tidak menjadi senang dengan mantengnya (kuatnya) hati terhadap sifat jamalnya Allah dan sifat jalal-Nya. Sebab ibadahnya lillaahi dan billaahi, bukan karena yang lainnya.

Jadi bagi orang ahli ma’rifat itu oleh Allah dikeluarkan dari sifat senang dan bingung, karena diam di maqom fana’.

Kenapa kita tidak diberi bingung selamanya atau diberi senang selamanya, sebab khawatir kita meninggalkan adab-adabannya. Sebab biasanya orang yang bingung dan senang selamanya sering lupa terhadap kedudukan dirinya (lupa diri). Maka apabila kita diberi senang atau bingung, maka kita harus melaksanakan adab-adabannya, apabila tidak demikian maka kita akan dijauhkan dari segala tujuan.

Sebagian dari adab-adaban ketika kita sedang dilanda kebingungan adalah tumaninah/diam serta merasakan qudrot Allah yang menimoa diri kita. Dan harus balik/kembali ke Allah dzat al wahidul qohhar, sebab bingung itu disamakan dengan malam, dan senang/bahagia disamakan dengan siang.

Tingkah orang ketika malam adalah diam, tidur, maka kita harus sabar/diam di waktu bingung yang disamakan dengan malam, sampai datangnya bahagia/senang yang disamakan dengan siang, sebab tidak akan selamanya malam.

Nah ini adalah kebingungan ketika kita tidak mengetahui penyebabnya, tetapi kalau kita mengetahui penyebabnya, maka kita harus kembali (balik) terhadap yang mendatangkan sebabnya, yaitu dzat yang memberikan kebaikan, yang semata-mata karunia. Oleh karena itu kita harus ingat bahwa sebenarnya Allah yang memberikan kebingungan kepada kita adalah yang sering memberikan kebahagiaan juga kepada kita. Dan sebenarnya Allah yang mendatangkan penyakit, tapi Dia juga yang menyembuhkannya. Apabila kita ingat terhadap hal ini, pasti kita tidak akan pusing dan tidak akan prihatin.

Adab-adaban ketika kita senang dan bahagia adalah menahan anggota badan dari hal yang dilarang oleh Allah, terutama lisan. Karena kadang apabila sedang bahagia sering mengucapkan kalimat yang tidak terfikir (tidak berguna), sehingga menyebabkan turunnya martabat.

 

Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah kedelapan puluh)

Related Posts