Orang yang beribadah kepada Allah karena menginginkan suatu perkara yang diinginkan atau dicita-citakan, atau untuk menolak siksaan yang akan datang. Maka orang tersebut belum melaksanakan terhadap keharusan sifat-sifatnya Allah.
Penjelasan : Ikhlasnya orang yang beribadah kepada Allah ada tiga tingkatan :
- Ikhlasnya umumnya muslimin, ibadahnya itu karena takut akan siksa, baik itu siksa di dunia maupun di akhirat. Atau menginginkan kenikmatan dan penjagaan dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat. “kalau tidak ada neraka maka tidaka akan ada orang yang sujud kepada Allah.”
- Orang yang beribadah kepada Allah karena cinta terhadap dzat Allah, dan rindu ingin bertemu dengan dzat Allah. Bukan menginginkan surga atau takut dengan neraka. Nah ini ikhlasnya orang al muhibbuunal’asiquun
- Golongan orang yang ibadahnya semata-mata melaksanakan keharusan seorang ‘abdi terhadap Allah dan karena adab-adaban di hadapan Allah. Tegasnya jujur didalam sifat ke’abdian. Nah ini ikhlasnya orang al muhibbuunal’aarifuun.
Maka kita perlu berdoa :
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَّقِيْنَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ وَاجْعَلْنَامِنَ الْمُحْسِنِيْنَ وَاجْعَلْنَامِنَ الْمُحِبِّيْنَ اِلَيْكَ وَاجْعَلْنَامِنَ الْعَارِفِيْنَ
Golongan yang pertama diatas ibadahnya binafsihi linafsih, maksudnya didapat dari memaksakan diri sendiri, kepentingan sendiri, yaitu golongan iyya kana’budu. Golongan kedua ibadahnya itu binafsihi lillaahi, memaksakan diri demi cintanya kepada Allah. Sedangkan golongan ketiga ibadahnya itu billaahi lillaahi dan minallaahi ilallaahi, ibadahnya semata-mata pertolongan Allah, dan karena Allah muncul dari Allah menuju ke Allah.
Siapa saja orang yang ibadahnya karena suatu perkara yang diharap-harapkan dari Allah, atau untuk menolak siksaan Allah baik didunia maupun diakhirat, maka dia belum melaksanakan macam-macam haq sifat Allah, yaitu Maha Agung dan Maha Perkasa. Sebab adanya sifat Maha Agung itu mengharuskan ‘abdi merasa lemah dan hina. Sehingga ibadahnya itu harus memperlihatkan kerendahan diri dihadapan Allah.
Oleh karena itu dalam masalah ikhlas kita harus mendewasakan diri, jangan sampai merasa suka berada dalam golongan paling bawah, yang tingkahnya seperti anak kecil yang dimanja.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah kesembilan puluh)