Cukup dari pembalasan Allah terhadap kita dari hasil tho’at, bahwa Allah ridho terhadap kita karena tho’at itu serta jadi ahli tho’at. Dan cukup pula terhadap orang yang beramal balasannya dari Allah, perkara yang dibukakan oleh Allah kedalam hatinya ketika waktu tho’atnya, dan perkara yang didatangkan oleh Allah kepada orang yang beramal dari ketenteramannya.
Penjelasan : Disini akan dijelaskan terhadap agungnya kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang yang bisa tho’at. Selain Allah membuat kita tho’at, meridhoi, serta memberi ketenteraman dalam beribadah, sehingga hati tenang dan senang beribadah. Kemudian Allah memberikan kenikmatan surga yang sangat agung.
Orang yang hatinya normal, dengan bisa beramal sudah cukup pembalasan dari Allah ladang amalnya, dengan keadaan diri dijadikan ahli tho’at dan diridhoi Allah, dan diberi ketenteraman di waktu ibadah. Ini semua merupakan penghormatan Allah, sehingga tidak diberikan kecuali kepada orang yang diutamakan oleh Allah. Karena kalau tidak diutamakan tidak akan jadi utama. Dengan adanya penghormatan ini, maka cukup dipakai pembalasan dari Allah.
Apabila kita bisa tho’at dan memiliki ketenteraman, maka sudah seharusnya kita bersyukur terhadap penghormatan dari Allah tersebut. Jadi bagi kita tidak ada jalan untuk menjawab dengan bisanya tho’at, apalagi nagih pembalasan. Tetapi sebaliknya kita harus banyak syukuran dengan bisa tho’at, dan harus bahagia Allah membuat kita bisa tho’at.
Khusu’ kepada Allah ketika waktu tho’at ada tiga :
- Yang disebut mahadoroh, yaitu menghadirkan hati, rasa diri untuk berbakti kepada Allah, khusu’ nya orang tholibin ahlul bidayah.
- Muroqobah, melekatkan hati untuk manteng ke Allah, sehingga tidak ada yang terlihat oleh mata hatinya kecuali Allah, yang ini khusu’nya orang saairiin.
- Musahadah, dengan sangat mantengnya (kuatnya) hati kepada Allah, sehingga diluar atau selain Allah dianggap rusak, tersalip oleh wujudnya Allah. Tidak ada yang terasa dan terlihat dengan mata hatinya kecuali dzat Allah. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah swt.
Khusyu’ mahadhoroh untuk orang umum, khusu’ muroqobah untuk orang khusus, dan khusu’ musahadah bagi orang khususil khusus.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah kedelapan puluh sembilan)