Disini akan dijelaskan tentang jaminan Allah terhadap orang yang musyahadah kepada-Nya. Selagi kita tidak musyahadah kepada Allah, dzat yang menciptakan alam ini, tidak kenal dengan Allah dan tidak mengenal sifat-sifat-Nya, dan belum berani mengucapkan dua kalimat syahadat, apalagi menyatakan tentang dekatnya Allah swt, maka selamanya akan terus mengikuti benda (harta benda) yang menjadi keindahan alam, dan akan menjadi ‘abid (budaknya) alam. Sehingga hidupnya cape dipakai untuk berbakti dan menghasilkan harta dunia yang bakal rusak dan bakal ditinggalkan.
Tetapi kalau kita musyahadah kepada Allah swt, mengenal sifat-sifatnya Allah yang dibarengi dengan keimanan dan sanggup mengucapkan dua kalimat syahadat, sehingga sampai dengan menyatakan dirinya dekat dengan Allah swt (lebih dekat dengan penglihatan Allah, pendengaran-Nya, dan kehendak-Nya), maka keadaan harta dunia itu akan membarengi (menemani) kita. Intinya akan berdatangan dan ingin dimiliki oleh kita, maksudnya keadaan alam dunia akan takluk kepada kita dan akan menghampiri kepada kita.
Sedangkan kalau manusia tidak musyahadah, maka dunianya akan berlarian dan terus-terusan dikejar, sehingga dirinya merasa lelah dalam mendapatkannya.
Orang yang tidak mau musyahadah kepada Allah, selamanya akan menjadi ‘abidnya (budak) dunia. Dan kalau musyahadah kepada Allah, maka dunianya yang menjadi ‘abid, gampang diambilnya.
Kesimpulannya adalah bahwa kita harus dekat sekali dengan Allah, yaitu dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan tidak mengerjakan semua hal yang dilarang-Nya.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah kedua ratus tiga puluh delapan)