Fardu kifayah hukumnya mengubur mayat dalam lubang yang dapat mencegah timbulnya bau busuk dan aman dari pembongkaran binatang buas yang hendak memakan mayat setelah tanah galian ditimbunkan.
Dikecualikan dengan kata-kata “lubang itu” ialah jika mayat diletakkan di atas tanah dan dibangunkan di atasnya bangunan yang dapat mencegah bau busuk dan aman dari pembongkaran binatang buas. Sekira tidak sulit menggali tanahnya (maka tidak boleh, kecuali kalau tanahnya lembek atau gembur misalnya rawa, maka dibolehkan).
Barang siapa yang mati di atas perahu (kapal) dan jauh dari daratan, maka mayat itu boleh ditenggelamkan ke laut dan dibanduli (dengan besi, misalnya), supaya tenggelam. Kalau tidak jauh dari daratan, tidak boleh ditenggelamkan ke laut.
(dikecualikan dengan kata-kata) yang dapat mencegah timbulnya bau busuk dan aman dari pembongkaran binatang buas ialah: bila lubang itu hanya mampu mencegah salah satunya, seperti binatang-binatang buas di tempat itu biasa menggali kuburan mayat-mayat yang terkubur, maka wajib membangun kuburan sekiranya dapat mencegah binatang itu sampai ke mayat.
Kuburan yang paling sempurna ialah yang luas, dalamnya empat siku setengan dengan siku tangan yang sedang (lebarnya sekira leluasa untuk orang yang menguburkan masuk ke dalamnya, sebagaimana sabda Nabi saw mengenaik para sahabat yang gugur di Gunung Uhud)
“Galilah oleh kamu sekalian, luangkanlah dan dalamkanlah kuburan itu!”
Sumber: Kitab Fat-hul Mu’in karangan Zainuddin bin Abdul Aziz al Malibari al Fannani