“Tidak ada ibadah yang besar ganjarannya seperti tafakur.”
Serta ada juga tafakur dalam kehidupan dunia, dan banyak menyibukkan diri dengan dunia, dan cepat hilangnya. Serta tafakur dalam kehidupan akhirat dan kenikmatannya, dan keabadiannya. Seperti firman Allah swt: “Dan Allah menjelaskan kepada kalian semua terhadap beberapa ayat supaya kalian tafakur dalam urusan dunia dan akhirat.”
Allah swt berfirman: “Tidak ada kehidupan dunia ini melainkan candaan dan permainan saja yang dapat melupakan Allah. dan sebenar-benarnya tempat surga adalah tempat kehidupan yang sempurna. Kalau orang-orang itu mengetahui hakikatnya dunia, maka mereka tidak akan memilih dunia.”
Tafakur dalam kehidupan dunia, dalam kehinaannya dan cepat hilangnya, itu akan menghasilkan suka terhadap akhirat.
Tafakur akan datangnya kematian
Kemudian ada juga tafakur tentang datangnya mati dan hasilnya kerugian, dan nelangsa setelah sempit. Allah swt berfirman di dalam Al Qur’an: “Beritahulah oleh kamu hai Muhammad, bahwa sebenar-benarnya mati yang dijauhi oleh kamu, yang tidak diinginkan oleh kamu, nah itu bakal datang kepadamu. Seterusnya kamu bakal dikembalikan kepada Dzat yang mengetahui perkara yang ghaib dan perkara yang nyata, dan nanti akan memberitahu tentang perkara yang diperbuat oleh kamu.”
Allah swt berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, hati-hatilah jangan melupakan kepadamu harta-hartamu, dan anak-anak kalian dari dzikir kepada Allah. maka siapa saja orang yang berbuat demikian (mengutamakan dunia) dan lupa kepada Allah, maka orang itu adalah yang mendapat kerugian. Dan Allah tidak akan mengundurkan terhadap suatu badan, dimana sudah datang ajal.”
Nah, faidahnya tafakur dalam datangnya mati bakal menyedikitkan lamunan untuk menghasilkan keindahan dunia. Serta akan menghasilkan perbuatan tho’at kepada Allah, dan memperbanyak bekal untuk di akhirat.
Alangkah bagusnya bahwa kita harus menghadirkan ketika tafakur dengan ayat yang munasabah dengan tafakur tersebut. serta perlu ingat terhadap hadist dan perkataan ulama yang berkaitan dengan tafakur tersebut.
Hati-hatilah, kalian harus menjauhi dari tafakur dalam Dzat Allah dan sifat-Nya, sehingga kalian ingin mengetahui terhadap Dzat Allah dan langsung berfikir tentang tingkah-tingkahnya dzat Allah. Diriwayatkan dalam hadist marfu’ sabda Rasulullah saw: “Kamu harus tafakur dalam ayat Allah, maksudnya dalam macam-macam kejadian yang menunjukkan kekuasaan Allah. dan kalian jangan tafakur dalam Dzat Allah, sebab sebenar-benarnya kalian semua tidak akan bisa ngukur kepada Allah dengan ukuran yang sebenar-benarnya.” Artinya tidak akan ma’rifat kepada Dzat Allah dengan ma’rifat yang sebenar-benarnya.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar