“Tidak ada ibadah yang besar ganjarannya seperti tafakur.”
Tafakur dalam meliputinya pengetahuan Allah kepada kita, juga tafakur bahwa sebenar-benarnya Allah melihat kepada kita. Allah swt berfirman: “Dan yakin Aku Yang Agung sudah menciptakan kalian semua, dan Aku tahu terhadap segala perkara yang sudah digerakkan oleh dirinya, dan yang di titikad kan di dalam hati. Aku Yang Agung lebih dekat kepada manusia dengan dekat ihathah (dekat dengan penglihatannya dan pendengarannya dan kehendaknya), daripada urat leher yang ada di leher.”
Allah swt berfirman: “Dzat Allah itu membarengi kepada kalian, dimana saja kamu berada. Allah itu yang melihat terhadap perkara yang dikerjakan kalian.” Maksudnya Allah membarengi dengan penglihatan-Nya dan pendengaran-Nya. Maka orang yang tho’at dibarengi dengan penglihatan rohmat, dan bagi orang yang ma’siyat dibarengi dengan penglihatan marah (benci).
Allah swt berfirman: “Kamu harus menyatakan bahwa sebenar-benarnya Allah tahu terhada semua perkara yang ada di langit dan di bumi. Maka tidak semata-mata bukti pembicaraan tiga orang, melainkan Allah yang keempatnya.”
Tafakur dalam melihatnya Allah kepada kita, buahnya bakal merasa malu kita oleh Allah. Dia melihat kita, dan kitanya melanggar larangan-Nya, atau kita tidak melaksanakan perintah-Nya.
Oleh karena itu, kita harus meyakini bahwa segala hal atau segala perkara yang dilakukan oleh kita, Allah pasti melihatnya dan mengetahuinya.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar