Menurut ba’dhul hukama i rahimahullah ta’ala, bahwa diantara harapan taqwa itu ada lima tanjakan, maksudnya tangga untuk naik. Siapa saja orang yang bisa melewati tanjakan tersebut, maka dia berarti merawat terhadap taqwa. Yang dimaksud tanjakan disini adalah meninggalkan macam-macam perkara yang diinginkan nafsu, serta menjauhi larangan Allah.
- memilih kesulitan atau berat dan mengakhirkan nikmat.
- memilih kepayahan atau kemasyaqatan, meninggalkan kesenangan (hilangnya kelelahan).
- memilih kelemahan atau dhaif, meninggalkan kegagahan atau kekuatan.
- memilih diam, dan meninggalkan berlebihan bicara (pembicaraan yang tidak ada kebaikannya).
Dan yang kelima adalah memilih mati dan mengakhirkan kehidupan. Dan yang disebut mati menurut ahlullah yaitu menundukan hawa nafsu. Siapa saja orang yang mati (yang melemahkan) hawa nafsunya, maka dia benar-benar hidup dengan menundukan hawa nafsu.
Mati itu ada empat bagian:
- Mati ahmar (merah), yaitu membelakangi hawa nafsu.
- Mati abyadh (putih), yaitu perut lapar, karena sebenar-benarnya perut lapar itu menerangi batin dan memutihkan wajah. Maka siapa saja orang yang mati dengan perut kenyang jadi hidup kepintarannya
- Mati akhdhar (hijau), yaitu memakai pakaian yang ditambal lantaran sebagiannya sobek, yang sudah dibuang yang tidak ada harganya, dan lain-lain, disebabkan sangat qana’ahnya orang itu.
- Mati aswad (hitam), memikul penderitaan dari makhluk (sesama manusia). Artinya eling kepada Allah dengan melihat penderitaan itu fana’ seperti fana’nya ciptaan Allah yang dicintai manusia.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar