Ketika hendak shalat disunatkan dengan penuh semangat. Allah swt mencela orang-orang yang meninggalkannya, dengan firman-Nya, “Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.” (An Nisa ayat 142). Arti kasal adalah kurang semangat atau malas. Kemudian harus dengan hati yang kosong dari kebimbangan duniawi, sebab yang demikian itu lebih mendekatkan pada khusyuk.
Disunatkan shalat dengan hati yang khusyuk, bahwa di dalam hati tiada yang diingat selain pekerjaan shalat (yaitu munajat ke hadirat Allah), walaupun yang bertalian dengan soal akhirat, dan dengan seluruh anggota badannya, jangan mempermainkan salah satu anggotanya. Yang demikian itu karena ada pujian Allah swt dalam kitab-Nya yang luhur bagi orang yang mengerjakan shalat dengan khusyuk, yaitu dalam surat al Mu’minun ayat 1-2, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya”. Dan tiada pahala shalat yang dikerjakan tanpa khusyuk, sebagaimana dinyatakan dalam beberapa hadis shahih, sebab kita mempunyai alasan yang dipilih oleh banyak ulama, bahwa khusyuk itu termasuk syarat sahnya shalat.
Allah berfirman dalam surat Thaha ayat 14, “Kerjakanlah shalat untuk mengingat Aku”.
Dalam al A’raf ayat 205, “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.
Rasulullah saw bersabda, “Banyak orang yang mengerjakan shalat, namun bagian dari shalatnya hanyalah keletihan belaka”.
Sabda Nabi saw, “Tiada dihitung shalat seorang hamba, selain apa yang ia ingat sewaktu shalatnya” (Riwayat Dailami)
Sabdanya pula, “Tiada seorang hamba pun yang berwudhu dengan wudhu yang baik atau sempurna, lalu ia berdiri (shalat0, kemudian rukuk dua rakaat sambil menghadap melalui kedua rakaat itu dengan hati dan mukanya (khusyuk), kecuali Allah memastikannya masuk surga”.