Shalat fardhu itu ada lima waktu, dan jumlah rakaatnya ialah 17 rakaat dalam sehari semalam. Adapun untuk waktu-waktunya akan dijelaskan di bawah ini:
Waktu shalat dhuhur
Waktu shalat dhuhur dimulai sejak tergelincirnya matahari ke arah barat, sehingga bayang-bayang benda yang tegak lurus condong ke timur. Adapun akhir waktu shalat dhuhur adalah apabila bayang-bayang suatu benda yang berdiri tegak lurus, sama dengan panjang benda itu, selain bayang-bayang yang ada pada waktu istiwa.
Rasulullah bersabda:
Malaikat Jibril mengimamiku dalam shalat di Baitullah, dia mengerjakan shalat dhuhur bersamaku ketika matahari tergelincir seukuran tali sendal. Ia salat ashar bersamaku ketika bayang-bayang (benda) sama dengannya. Shalat maghrib ketika orang yang berpuasa berbuka. Shalat isya ketika hilang mega merah. Shalat subuh ketika orang yang hendak berpuasa diharamkan makan.
Dia kembali melakukan shalat dzuhur ketika bayang-bayang suatu benda sama dengan panjang benda itu. Shalat ashar ketika bayang-bayang itu menjadi dua kali tinggi benda itu. Shalat maghrib ketika orang yang berpuasa berbuka. Shalat isya sampai sepertiga malam yang pertama. Selanjutnya shalat subuh ketika hari telah terang. Malaikat Jibril menoleh kepadaku seraya berkata, “Hai Muhammad ini adalah waktu shalat pada Nabi sebelum kamu, dan waktu shalat itu ialah jarak antara kedua waktu tadi.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi).
Waktu shalat ashar
Waktu shalat ashar ialah sejak panjang bayang-bayang suatu benda sama dengan tinggi benda itu dan sedikit lebih panjang. Tetapi dari bayang-bayang itu harus ditambah sedikit, karena berakhirnya waktu shalat dzuhur tidak akan (sulit) diketahui kecuali apabila ditambah sedikit.
Berakhirnya waktu shalat ashar ialah terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Barang siapa yang dapat menyusul satu rakaat shalat subuh, sebelum terbit matahari, berarti dia telah mendapatkan shalat subuh (seluruhnya), dan barang siapa yang dapat menyusul satu rakaat ashar sebelum terbenam matahari, maka dia telah mendapatkan shalat ashar. (seluruhnya).”
Adapun yang dimaksud dengan bayang-bayang suatu benda sudah dua kali lipat sebagaimana dalam hadis tadi, ialah batas waktu ikhtiar akhir dari seluruh waktu shalat ashar.
Waktu shalat maghrib
Waktu shalat maghrib ialah sejak terbenam matahari. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Muslim, dari Salamah bin Akwa’, sesungguhnya Nabi Muhammad shalat maghrib jika telah terbenam matahari dan tertutup hijab.
Hadis riwayat Abu Dawud dan Turmudzi, “Ia (Jibril) melakukan shalat maghrib bersamaku, ketika orang yang berpuasa berbuka (terbenam matahari).”
Shalat maghrib berakhir apabila telah terbenam mega merah, berdasarkan hadis Muslim bahwa Rasulullah bersabda, “Waktu shalat maghrib itu sejak terbenam matahari selagi mega merah belum hilang.”
Waktu shalat Isya
Waktu shalat isya dimulai sejak hilangnya mega merah. Hal ini berdasarkan hadis, “Ia (Jibril) shalat isya bersamaku (Nabi) ketika mega merah telah hilang.”
Hadis riwayat Muslim, “Beliau (Nabi) mengerjakan shalat isya ketika mega merah telah hilang.”
Waktu shalat isya berakhir ketika fajar shadiq terbit, jadi waktu isya membentang mulai dari terbenamnya mega merah sampai terbit fajar shadiq. Berdasarkan hadis Muslim:
“Bukanlah lalai shalat itu dikarenakan tidur, tapi (yang disebut) lalai itu ialah orang yang belum melaksanakan shalat sampai masuk waktu shalat yang lain.”
Yang dimaksud dengan waktu shalat yang lain disini ialah waktu shalat subuh.
Waktu shalat subuh
Waktu shalat subuh dimulai sejak terbit fajar sampai terbit matahari.
“Kemudian ia (Jibril) shalat bersamaku (Nabi) ketika makan dan minum diharamkan bagi orang yang berpuasa (terbit fajar shadiq).”
Hadis riwayat Muslim, “Waktu shalat subuh ialah mulai terbit fajar, selagi matahari belum terbit.”
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah bersabda, “Barang siapa dapat menyusul satu rakaat subuh, maka berarti dia telah mendapatkan shalat subuh (seluruhnya).”