Perhatikanlah di zaman sekarang ini, sudah banyak sekali perempuan yang berani memperlihatkan ‘auratnya kepada orang lain (bukan mahrom), dan sudah berani berjalan lenggak lenggok di depan orang lain, serta berani berjalan di mesjid dantara jajaran laki-laki, walaupun di siang hari, malah kalau di malam hari sengaja ke tempat terang dengan tujuan supaya terlihat.
Apabila perempuan bertingkah seperti di bawah ini, maka tidak apa-apa di sebut pelacur :
- Apabila keluar rumah sering bergaya, sering membagus-baguskan jalannya di hadapan laki-laki lain.
- Wanita sering melihat wanita laki-laki lain, tegasnya sengaja nongkrong untuk melihat laki-laki.
- Mengeraskan suaranya dengan maksud supaya terdengar oleh laki-laki lain.
Apabila perempuan melakukan 3 perkara di atas, jangan marah kalau disebut pelacur walupun dia tidak melakukan zina, karena kelakuannya itu menyerupai tingkah laku perempuan nakal/bandel/pelacur.
Menurut Rasulullah Muhammad saw siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka dia merupakan bagian dari kaum tersebut (menyerupai dalam hal pakaian, tingkah laku), dan siapa saja orang yang menyerupai orang sholih/alim, maka akan dimulyakan orang tersebut seperti sholihin dan orang alim. Serta siapa saja orang yang menyerupai orang fasiq, maka tidak akan dimulyakan oleh Allah, walaupun orang tersebut tidak bandel. Oleh karena itu bagi perempuan yang punya rasa malu dan beragama, jangan mau termasuk ke dalam golongan di atas.
Maka sudah seharusnya bagi orang yang benar untuk takut kepada Allah dan Rasulnya. Begitu juga orang yang punya sifat kemanusiaan/rasa malu harus melarang istri dan anak perempuannya keluar rumah dengan bergaya dan memperlihatkan dirinya kepada laki-laki bukan mahrom. Karena Rasulullah juga tidak memperbolehkan para istrinya keluar rumah kecuali pada lebaran.
Istri/perempuan seharusnya diam di rumah, kecuali ada hal yang penting banget, itu juga harus dengan menundukkan pandangannya (jangan terlihat oleh laki-laki lain), menutup ‘auratnya serta harus dengan idzin suami. Bahkan wajah laki-laki lain itu ‘aurat apabila terlihat oleh perempuan, tidak seperti wajah perempuan oleh lelaki, wajah wanita itu ‘aurat terlihat oleh lelaki. Laki-laki seperti wajah anak lelaki kecil yang ganteng yang belum jadi kumis.
Terlihatnya oleh lelaki akan menimbulkan fitnah maka haram. Tapi kalau tidak menimbulkan fitnah tidak haram. Walhasil kalau lelaki wajahnya tidak ‘aurat terlihat oleh perempuan, sedangkan wajah istri itu ‘aurat terlihat oleh lelaki bukan mahrom. Karena lelaki sering berada di luar, bolak balik sambil wajahnya terbuka. Kalau wajah lelaki ‘aurat tentu saja dia akan ditutup wajahnya.
Siapa saja yang mempunyai keluarga (anak, istri, cucu) harus benar-benar menjaga dengan sekuat tenaga keluarganya, serta jangan mengidzinkan istrinya keluar kecuali pada malam hari, itu juga disertai mahram atau ditemani wanita lain yang bisa dipercaya. Karena bila wanita akan berbuat dosa biasanya malu kalau melakukannya di depan wanita lain. Kalau lelaki tidak malu melakukan dosa di depan temannya atau orang lain. Walhasil wanita tidak boleh keluar rumah ke tempat rame walaupun ditemani wanita lain dan dengan idzin suaminya. Istri boleh keluar ditemani suaminya atau mahromnya.
Di jaman sekarang banyak sekali perempuan-perempuan keluar rumah dengan tujuan untuk berziarah ke kuburan, padahal mah tetap saja itu namanya maksiat menurut agama. Karena seharusnya perempuan itu di dalam rumah saja.
Kisah Hikmah
Diceritakan suatu kisah, pejabat dari negara Hindu membeli seorang budak yang hitam wajahnya, maka diuruslah budak itu oleh pejabat tadi, kemudian budak itu dijadikan anak angkat. Setelah dewasa si budak itu mencintai ibu angkatnya (istri pejabat), lalu budak itu mengajak istri pejabat melakukan apa yang dikehendaki si budak. Lama kelamaan karena seringnya diajak, istri pejabat itu mau juga. Seiring waktu akhirnya perbuatan mereka berdua ketauan, marahlah si pejabat, bahkan zakar budak itu di potong, setelah reda amarahnya, dia menyesal.
Setelah itu budak berobat sampai sembuh, dan tetap tinggal di rumah itu. Beberapa lama kemudian dia berfikir untuk membalas dendam tindakan pejabat kepada dirinya. Pejabat itu mempunyai 2 orang , yang satu namanya Tifli dan yang lainnya Yafi’, dua-duanya berwajah ganteng. Pada suatu waktu pejabat pergi dari rumah, lalu anak angkat (budak) mengundang anak-anak yang ganteng ke atas atap loteng dan memberi makanan, lalu mereka bermain disana.
Kemudian pejabat datang dan kaget melihat mereka bertiga ada di atas dan berkata celakalah kalian sudah menyodorkan ajal kepada anaknya, dan dijawab iya oleh budak (anak angkat) apabila pejabat itu tidak memotong zakarnya seperti yang dulu dilakukan terhadapa dirinya. Lalu pejabat berkata lagi bahwa si budak harus takut kepada Allah dan ingat bahwa dia sudah diurus olehnya sejak kecil.
Tetapi tidak digubris oleh budak, lalu akhirnya karena anaknya takut di lempar ke bawah, si majikan menuruti keinginan budak, dia mengambil pisau dan memotong zakarnya. Setelah melihat pejabat memotong zakarnya, lalu si budak melempar kedua anak ke bawah sampai meninggal. Si budak berkata dengan dipotongnya zakar pejabat seolah-olah merupakan pembalasan dia, sedangkan kematian kedua anak adalah lebihannya.
Walhasil kesimpulannya apabila kita mempunyai pembantu laki-laki yang sudah berusia 15 tahun keatas (dewasa), jangan dibiasakan ngobrol dengan istri kita atau anak-anak kita karena akan menimbulkan fitnah. Sebab fitnah/godaan setan itu gampang/besar. Sedangkan menjaga keturunan merupakan setengah dari paling besarnya perkara agama.
Sudah diteangkan dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin bahwa Rasulullah itu mempunyai rasa curiga. Apabila seseorang tidak mempunyai rasa curiga, maka hati orang tersebut terbalik. Yang disebut curiga disini yaitu jangan memasukan lelaki lain ke istri –istri kita, dan jangan membiarkan istri kita keluar rumah. Rasululllah bersabda “sebenar-benarnya Allah mempunyai rasa curiga/cemburu, curiganya/cemburunya Allah yaitu dilaksanakan/dilakukannya perbuatan haram oleh orang mukmin.
Sayyidina ‘Ali pernah mengatakan bahwa apakah kalian tidak mempunyai rasa cemburu membiarkan istri dan anak keluar dan ke hadapan laki-laki lain sambil melihatnya dan laki-laki itu juga melihat istri. Tapi beliau juga mengatakan jangan memperbanyak cemburu ke ahli kita (anak istri), sekira-kiranya menuduh jelek.
Menurut Rasulullah saw cemburu itu ada yang dicintai oleh Allah dan ada yang dibenci, begitu juga merasa diri besar ada yang di cinta dan ada yang dibenci oleh Allah. Cemburu yang dicinta adalah yang was was, maksudnya bila seseorang mencurigai istrinya/ahlinya melakukas sesuatu yang tidak benar, kemudian diselidiki olehnya. Sedangkan cemburu yang dibenci oleh Allah adalah yang tidak was was, artinya bahwa dia beranggapan istri/ahlinya/keluarganya pasti melakukan yang tidak benar, lalu dia marah.
Menurut Imam Ibnu Hajar apabila seorang wanita ada keperluan keluar rumah yang sangat mendesak, diperbolehkan dengan syarat :
- Dengan idzin suaminya.
- Jangan bergaya.
- Jangan lirik kanan kiri (menjaga pandangannya)
Ada hikayat seorang istri yang senang dandan dan bergaya, setelah itu berangkat, intinya dia dandan karena ingin dilihat orang lain terutama laki-laki. Pada suatu malam dia bermimpi dihadapkan kepada Allah oleh malaikat, dia memakai pakaian tipis, ketika ada angin pakaiannya tersingkap sehingga terbuka lah ‘auratnya, kemudian Allah memalingkan pandangan dan menyuruh malaikat untuk memasukkan dia ke neraka. Karena wanita itu merupakan setengan dari wanita yang suka bergaya.
Riwayat Orang Sholeh
Sudah diriwayatkan ketika suami Siti Robi’ah meninggal, Imam Hasan Bashori dan temen-temannya datang melayad dan meminta idzin untuk masuk. Kemudian Siti Robi’ah mempersilahkan mereka masuk, dia lalu menutup tirai dan duduk di samping tirai tersebut. Setelah itu Imam Hasan berkata kepada Siti Robi’ah bahwa setelah suaminya meninggal, tidak bagus untuk sendiri serta dia dipersilahkan untuk memilih salah satu temannya Imam Bashori yang semuanya ahli idadah dan ahli dzikir untuk dijadikan suaminya.
Siti Robi’ah mengatakan bahwa dia bersedia dinikahi oleh orang yang paling alim yang ada di rumah itu (Imam Hasan dan sahabat-sahabatnya). Sahabat Imam Bashori malah mengatakan yang paling alim yaitu Imam Bashori. Siti Robiah kemudian menyatakan bersedia dinikahi apabila Imam Bashori bisa menjawab 4 pertanyaannya. Dijawab oleh Imam Bashori silahkan saja ajukan pertanyaannya, semoga Allah memberikan pertolongan.
- Apabila Siti Robi’ah meninggal apakah dalam keadaan islam atau kafir, dijawab oleh Imam Hasan Bashori bahwa mati itu merupakan perkara yang ghoib atau samar ke makhluk, artinya tidak ada yang tahu.
- Apabila Siti Robi’ah di dalam kubur didatangin malaikat Munkar dan Nakir kemudian memberikan pertanyaan, apakah dia bisa menjawabnya atau tidak. Dijawab Imam Hasan Bashori bahwa perkara itu juga masalah ghoib dari makhluk.
- Ketika semua orang dikumpulkan di hari kiamat (padang mahsyar), buku amal diterbangkan lalu diberikan oleh malaikat, orang-orang ada yang menerima dengan tangan kanan, ada yang dengan tangan kiri. Apakah Siti Robi’ah akan menerimanya dengan tangan kanan atau tangan kiri. Dijawab oleh Imam Hasan Bashori bahwa mengetahui hal tersebut merupakan hal ghoib/samar bagi makhluk, artinya tidak ada yang tahu kecuali Allah swt.
- Di hari kiamat itu ada yang masuk surga dan ada yang masuk neraka, apakah Siti Rabi’ah termasuk ahli surga atau ahli neraka. Dijawab oleh Imam Hasan Bashori bahwa hal tersebut juga merupakan hal yang samar ke makhluk, artinya tidak akan ada yang tahu.
Kemudian Siti Robi’ah berkata kalau orang bingung dengan 4 perkara diatas, kenapa butuh terhadap nikah. Walhasil jangan ingin nikah, pikirin saja 4 hal diatas yang sangat dikhawatirkan.
Oleh karena itu kita harus berfikir bagaimana sholihah nya Siti Robi’ah ‘Adawiyyah dari kota Bashroh yang takut akhir umurnya celaka. Takutnya dia disebabkan hatinya bersih dari kotoran dosa serta teguh dan menancap ilmunya di hatinya yang dibarengi amal sholih.
Sudah meriwayatkan orang-orang sholih tentang Siti Robi’ah ‘Adawiyyah yang sering banyak berzikir dan membaca Al Quran, melakukan sholat sunat, ketika sangat takut kepada Allah beliau sering nangis dan membaca istighfar. Pada suatu waktu ketika beliau sedang bersama dengan suaminya akan makan, beliau bercerita tentang repotnya hari kiamat. Menurut suaminya berhenti dulu dari bicara tentang akherat, sekarang ini makan saja.
Kemudian Siti Robi’ah berkata “tidak ada saya dengan kamu itu setengah dari orang yang suka tersedak oleh makanan disebabkan membicarakan perkara akhirat”. Lalu dilanjutkan “demi Allah saya yang cinta ke kamu dengan cinta ke suami, serta cinta nya dengan cinta ke saudara islam”. Menurut suaminya apabila Siti Robi’ah memasak, dan ketika sudah matang dan tersedia di meja Siti Robi’ah berkata “hey panutanku, segeralah makan karena sudah tersedia, sebab saya tidak sehat badan kecuali dengan membaca tasbih” lalu beliau menyuruh suaminya untuk menikah lagi dengan 3 istri. Suaminya itu melakukan nasihat Siti Robi’ah, ketika menggilir dan saatnya bagian Siti Robi’ah, beliau sering memasak daging kemudian menyuruh suaminya untuk pergi kepada istri lain dengan berkata “sekarang pergilah kepada istrimu yang lain, dengan kekuatanmu”.
Diceritakan bahwa Siti Robi’ah sering kedatangan jin, yang membawa sesuatu yang dibutuhkan beliau. Beliau juga memiliki karomah yang banyak sampai matinya. Dihikayatkan pada suatu malam ada maling yang masuk ke rumah Siti Robi’ah, saat itu beliau sedang tidur. Setelah maling itu selesai mengumpulkan harta Siti Robi’ah dan hendak pergi, ternyata tidak ada pintu, artinya semuanya jadi tembok/dinding. Setelah itu si maling itu duduk, tidak lama kemudian ada hatif (ada suara tetapi tidak terlihat yang bicaranya) yang menyuruh maling untuk menyimpan pakaian/harta Siti Robi’ah dan keluar dari pintu.
Setelah disimpan barulah terlihat pintunya. Tetapi si maling itu ketika sudah melihat pintu malah mengambil lagi pakaian/harta yang sudah disimpannya, akhirnya pintu itu hilang lagi. Hal itu berulang sampai 3 kali. Lalu terdengar lagi Hatif bicara bahwa walaupun Siti Robi’ah tidur, tetapi Allah tidak tidur bahkan mengantuk pun tidak. Nah begitulah keadaan orang sholeh, selamanya ada dalam penjagaan Allah swt.
Istri sholihah ketika dia melakukan kesalahan baik itu perkataan ataupun perbuatan akan merasa tersiksa dan akan buru-buru minta maaf kepada suaminya, serta taubat kepada Allah, meminta ridho kepada suaminya, nangis beberapa hari karena takut akan disiksa oleh Allah swt.
Istri sholihah ketika melihat suaminya sedang bingung akan berkata bahwa apabila sang suami bingung karena perkara akhirat maka merupakan kebahagiaan, sedangkan apabila bingung karena perkara dunia, dia menegaskan tidak akan meminta sesuatu yang suaminya tidak kuasa memenuhinya.
Ada suatu cerita tentang istri sholeh. Namanya Siti Robi’ah (berbeda dengan Siti Robiah diatas yang asalnya dari Bashroh, yang ini dari negeri Syam). Siti Robi’ah (negeri Syam) anaknya Syeikh Isma’il menikah dengan Syeikh Ahmad Imam Abi Hawari. Menurut Iman Junaidi Syeikh Ahmad Imam Abi Hawari merupakan seseorang yang harum namanya di negeri Syam. Ketika Syeikh Ahmad akan menggilir istrinya yang muda (istrinya ada 3) biasanya Siti Robi’ah membuatkan masakan yang enak/lezat, dan memakaikan wewangian kepada suaminya. Lalu menyuruh suaminya pergi ke istri mudanya dengan kekuatan yang dimilikinya.
Ketika tiba giliran dirinya, Siti Robi’ah setelah selesai sholat isya mendatangi Syeikh Ahmad Imam Abi Hawari dengan memakai pakaian terbaik dan memakai wewangian. Lalu mengatakan kepada sang suami apakah membutuhkan dirinya (apakah akan bersenggama/jima’ atau tidak), apabila suaminya menginginkannya, maka Siti Robi’ah melayaninya sampai sang suami puas. Kalau suaminya malam itu tidak menginginkan , maka Siti Robi’ah mengganti bajunya dengan mukena , lalu beribadah sampai shubuh.
Asal muasalnya Siti Robi’ah anaknya Syeikh Ismail adalah seperti ini. Sebenarnya Siti Robi’ah itu adalah janda, sebelum menikah dengan Syeikh Ahmad Imam Abi Hawari, beliau pernah menikah dengan laki-laki lain yang kaya raya, tetapi suaminya itu mati dengan meninggalkan warisan yang banyak untuk Siti Robi’ah. Kemudian beliau berfikir siapa laki-laki yang mampu menjalankan hartanya di jalan Allah, lalu terdengar ada orang sholih yang tinggi ilmunya yaitu Syeikh Ahmad.
Lalu Siti Robi’ah mengajak menikah Syeikh Ahmad dengan tujuan nanti suaminya bisa menjalankan harta Siti Robi’ah untuk memajukan agama Allah, serta dinafkahkan kepada ahli agama dan orang-orang sholih. Padahak Syeikh Ahmad tidak menyukai nikah. Walhasil awalnya Syeikh Ahmad menolak ajakan Siti Robi’ah dengan alasan belum mau berumah tangga dan akan fokus mengajar, bekerja dan ibadah. Siti Robi’ah kemudian mengatakan bahwa beliau juga sibuk dengan pekerjaannya, tetapi dia mempunyai harta warisan yang banyak, yang apabila nanti dia menikah dengan Syeikh Ahmad, suaminya itu bisa menafkahkannya kepada saudara-saudaranya yang muslim dan dipakai memajukan agama Allah.
Setelah mendengar perkataan Siti Robi’ah kemudian Syeikh Ahmad berkata bahwa kalau tujuannya seperti itu maka dia akan meminta resti kepada gurunya terlebih dahulu yaitu Syeikh Abi Sulaeman Addaroni. Kalau gurunya menyetujui maka dia akan menikahi Siti Robi’ah, dan kalau tidak menyetujui tidak akan menikahinya, karena gurunya itu pernah melarang Syeikh Ahmad menikah (pernah terjadi temannya belajar di pesantren setelah menikah, malah tidak mengembangkan ilmunya/tidak mengajar). Kemudian Syeikh Ahmad bicara kepada gurunya tentang hal diatas, dan gurunya menyetujui pernikahan itu dan mengatakan bahwa Siti Robi’ah itu adalah sebagian dari wali nya Allah.
Pada jaman dahulu ada seorang pandai besi (membuat golok, pisau, cangkul, dll), dia melakukannya dengan tangan, artinya memasukkan dan mengeluarkan besi dari api dengan tangannya langsung. Hal tersebut membuatnya terkenal ke semua daerah, dan berita ini sampai se ke seorang lelaki, dia penasaran dan ingin membeuktikan kebenaran beritanya. Akhirnya dia mencari si pandai besi itu, setelah ketemu dan ternyata semua beritanya benar. Lalu lelaki itu (tamu) mengatakan bahwa malam itu di ingin bertamu di rumah si pandai besi, dan di perbolehkan oleh si pandai besi.
Akhirnya bermalam lelaki itu di rumah si pandai besi dan tidur bareng sampai shubuh. Diperhatikan oleh si lelaki bahwa si pandai besi itu tidak menambahi sholat fardhu (artinya tidak melakukan seseuatu yang lain selain sholat fardhu), lalu dia punya fikiran mungkin si pandai besi itu menyembunyikan amalnya. Lalu dia meminta untuk bermalam lagi, tetapi tetap pada hari kedua sama dengan malam pertama. Akhirnya si lelaki itu berkata kepada si pandai besi perkara atau hal apa yang bisa membuat si pandai besi diberi kemulyaan dapat memegang seseuatu yang panas (besi & api), padahal amalnya tidak banyak, hanya mengerjakan sholat fardhu saja. Kemudian si pandai besi besi (tukang besi) bercerita bahwa ada kejadian aneh yang menimpanya.
Dahulu ada seorang perempuan yang sangat cantik yang membuat dirinya sangat jatuh cinta kepadanya. Dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkannya, dengan berbagai cara. Dia setidaknya ingin merasakan sekali saja dengan perempuan itu, tetapi tetap tidak berhasil dikarenakan kesholihan wanita itu. Sampai pada suatu ketika datang musim paceklik, dimana makanan itu sangat susah. Hal ini membuat si wanita datang ke rumahnya dengan maksud untuk meminta makanan. Si pandai besi berkata kepada si wanita bahwa dia dari dulu sangat cinta kepada dirinya, dan apabila dia mau memberikan kelonggaran (membuka ‘auratnya), maka makanan itu akan diberi. Kemudian si wanita berkata lebih baik mati daripada berbuat maksiat kepada Allah, lalu di pergi.
Setelah 2 hari si wanita datang lagi dan berkata seperti kedatangan yang pertama, dan jawaban si pandai besi masih juga sama. Akhirnya si wanita masuk ke dalam rumah dan duduk (badannya sudah rusak), si pandai besi mengambil makanan lalu diserahkan kepada si wanita. bertanya si wanita apakah makanan itu diberikan karena Allah, dan si pandai besi menjawab tidak. Si wanita berdiri dan pergi dari rumah itu dan tidak jadi makan. Dua hari kemudian si wanita datang lagi dengan badan yang sangat rusak masih dengan niat dan pertanyaan yang sama yaitu apakah si pandai besi mau memberikan makanan kepada dirinya karena Allah, tetapi si pandai besi tetap dengan pendiriannya.
Lalu si wanita duduk, si pandai besi ke dapur untuk memasak makanan, dan ketika hendak diberikan kepada si wanita, timbul kasih sayang Allah kepada dirinya, di dalam hatinya dia berkata celakalah dirinya yang telah membiarkan wanita sholeh tersiksa karena ingin makanan yang halal/tidak mau makan dengan melakukan maksiat kepada Allah, sedangkan dirinya (pandai besi) terus-terusan berbuat maksiat. Maka diberikanlah makanan itu kepada wanita dan meninggalkannya. Lalu dia bertaubat kepada Allah, berjanji tidak akan melakukan dosa lagi, dan tidak akan mendekati wanita lagi.
Kemudian dia masuk lagi, tetapi ternyata makanan itu tidak dimakan oleh si wanita. Lalu si pandai besi berkata menyuruh si wanita untuk makan, karena ia memberikannya karena Allah. Ketika mendengar perkataan si lelaki, wanita itu mengangkat wajahnya dan menengadahkan tangannya ke atas sambil berdoa apabila benar si lelaki memberikan makana karena Allah, semoga Allah mengharamkan api dunia dan api akhirat kepada si pandai besi. Artinya si lelaki tidak merasa panas dengan api. Setelah itu si lelaki pergi kedapur meninggalkan si wanita untuk makan.
Di dapur si lelaki hendak membuang arang, tetapi arang itu malah jatuh dan menimpa kakinya, tetapi dia tidak merasakan panas sama sekali dan kakinya tidak gosong. Pandai besi pergi lagi ke dalam rumah dan mengatakan kepada si wanita bahwa doanya di qobul. Mendengar hal itu si wanita kemudian bersujud dan berdoa agar Allah mengambil ruhnya saat itu juga, maka akhirnya si wanita meninggal dalam keadaan sujud. Nah begitulah ceritanya.
Ada lagi satu hikayat yang aneh. Pada suatu waktu ada seorang wanita yang keluar dari rumahnya hendak mendengar perkataan dari Rasulullah Muhammad saw dan para shohabat. Ketika di tengah jalan dia bertemu dengan seorang pemuda, lalu si pemuda menanyakan hendak kemana dirinya, dijawab oleh si wanita bahwa dia hendak menemui Rasulullah.
Kemudian si pemuda berkata kalau si wanita cinta kepada Rasulullah maka harus membuka tutup wajahnya, di bukalah tutup itu dan terlihatlah wajahnya. Setelah itu si wanita melanjutkan perjalanannya hendak mendengar pembicaraan Rasul. Setelah selesai dia pulang ke rumah dan menceritakan semuanya kepada suaminya. Suaminya itu akhirnya akan menguji istrinya supaya hatinya tenteram. Apakah cerita istrinya itu benar atau tidak.
Kemudian si suami menyalakan api di tempat membuat roti, dia menunggu sampai apinya menyala besar. Setelah apinya besar dia berkata kepada istrinya agar masuk ke dalam api itu. Si istri menuruti kemauan suaminya. Si suami lalu menceritakan semuanya kepada Rasulullah. Rasul kemudian menyuruh dia pulang dan mengambil istrinya dari api. Setelah dia pulang, lalu mengambil istrinya dari api, dan ternyata tidak ada apa-apa (badannya tidak gosong) dengan pertolongan Allah. Hal itu membuktikan bahwa istrinya benar.
Diambil dari kitab ‘Uquudullujaen karangan Syeikh Muhammad Bin Umar Nawawi