Umur yang menjadi barokah itu tidak didasarkan pada panjang zamannya. Tetapi umur yang barokah itu adalah yang dibarengi dengan pertolongan Allah dan hidayah dari-Nya.
Sehingga jiwa raganya diolah atau dipergunakan untuk tho’at kepada Allah, serta hatinya dipakai untuk eling/ingat kepada-Nya. Maka dalam waktu sedikit bisa menghasilkan macam-macam pemberian dari Allah. Apakah itu dari macam-macam ilmu dan kema’rifatan, dan pahala/ganjaran yang tidak terhitung, dan tidak bisa diisyaratkan.
Allah swt berfirman: “a’dad tu li’ibaadiyas shaalihiina maa laa ‘ainun ra at walaa udzunun sami’at walaa khutira ‘alaa qalbin basyarin”, “Aku yang Agung menjanjikan kepada ‘abdi-‘abdi-Ku yang shalih, kenikmatan yang tidak bisa terlihat oleh mata, tidak bisa didengar oleh telinga, dan tidak bisa dibayangkan oleh mata hati.”
Ahli ma’rifat bisa beramal dalam zaman atau waktu yang sedikit, bisa menghasilkan keutamaan dari Allah swt yang tidak bisa terhitung. Sehingga sebagian ulama berkata bahwa tiap-tiap malam bagi ahli ma’rifat seperti malamnya lailatul qadar. Nah umur yang seperti inilah yang barokah, dalam umur yang sedikit bisa menjangkau ganjaran yang berlimpah-limpah dari Allah swt.
Berjuanglah di dunia ini dan isilah umur kita dengan hal-hal yang berguna, pergunakanlah waktu sebaik mungkin. Janganlah menjadi orang yang umurnya panjang tetapi jauh dari ibadah dan jauh dari tho’at kepada Allah.
Berusahala dengan maksimal untuk mendapat ridha dari Allah swt, dan lakukanlah amal ibadah kita dengan ikhlas.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah kedua ratus empat puluh sembilan)