Orang yang asih itu bukan orang yang mengharapkan bayaran dari yang dikasihinya, atau mengharapkan tujuan yang lainnya. Yang disebut orang asih itu adalah yang mengerahkan pemberiannya kepada kita. dan orang yang asih itu bukan orang yang terus-terusan diberi oleh kita.
Disini akan dijelaskan hakikatnya orang yang cinta.
Kita harus berusaha agar menjadi orang yang cinta kepada Allah. Orang yang cinta itu sering mengerahkan segala kemampuannya/pemberiannya, dengan tanpa mengharapkan pembayaran. Apakah itu mengerahkan pertolongan, bantuan, dan pemberian, dan dia tidak mengharapkan bayaran atau ada tujuan yang lainnya.
Apabila ada orang yang mencintai, tetapi dia mengharapkan bayaran dari yang dicintainya, maka itu bukan disebut cinta yang sebenarnya.
Misalkan seorang pria yang mencintai seorang perempuan karena hartanya, karena ingin diberi harta. Atau seorang wanita perawan yang mencintai suami yang sudah tua, karena mengharapkan pemberiannya (hartanya), nah ini bukan cinta yang sejati.
Yang disebut cinta sejati itu adalah seseorang yang sanggup mengerahkan segala kemampuannya (keadaannya), dipakai untuk melaksanakan segala keinginan dari yang dicintainya, lalu melaksanakannya demi cinta.
Orang yang mencintai Allah swt harus mau dan sanggup mengerahkan segala keadaannya, maksudnya sanggup mengerahkan segala harta dan tenaganya karena cinta kepada Allah, sambil tidak mengharapkan balasan apa-apa dari Allah .
Orang yang beribadah karena menginginkan surga itu baik, bahkan menurut sebagian ulam hal ini masih termasuk ke dalam ikhlas. Tetapi pangkatnya tidak sama dengan orang yang beribadah semata-mata dikarenakan cintanya kepada Allah. Jadi masalah dibalas atau tidaknya, itu tidak diingat-ingat, karena yang pentingnya adalah melaksanakan keinginan Allah yang dicintainya.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah kedua ratus tiga puluh tiga)