Syarat sahnya salat jumat ada beberapa perkara, diantaranya adalah:
Dilaksanakan secara berjamaah, dengan niat menjadi imam (bagi imam) dan bermakmum (bagi makmum) yang disertakan ketika takabiratul ihram. Berjamaah disyaratkan pada rakaat pertama (pada rakaat kedua boleh mufaraqah). Tidak sah salat jumat dengan bilangan 40 orang, tetapi dikerjakan secara munfarid (sendiri-sendiri). Pada rakaat kedua tidak disyaratkan berjamaah.
Apabila imam dan 40 orang (makmum) itu pada rakat pertama, kemudian ketika sedang salat itu imam berhadas (buang angin), maka semua makmum harus menyempurnakannya satu rakaat lagi; atau tidak berhadas, hanya makmum-makmum itu mufaraqah dari imam pada rakaat kedua, dan mereka menyempurnakan salatnya secara munfarid. Cara demikian itu cukup bagi mereka (sah salat jumatny).
Disyaratkan harus tetap 40 orang hingga salam. Apabila salah seorang dari 40 orang itu ada yang berhadas sebelum salam, walaupun yang lainnya sudah bersalam, maka batal semua salat jumatnya.
Seandainya masbuq mendapatkan imam jumat sedang rukuk pada rakaat kedua, lalu ia salat beserta imam sampai ima bersalam, maka masbuq itu wajib mengerjakan 1 rakaat lagi sesudah imam dengan jahar, dengan demikian selesailah jumatnya, kalau salat imamnya itu sah. Demikian pula sah salat jumat seseorang yang bermakmum kepada masbuq, sekalipun hanya mnemukan satu rakaat bersamanya. (maksudnya, masbuq yang kedua bermaksud kepada masbuq pertama pada rukuk rakaatnya yang kedua).
Wajib berniat salat jumat bagi makmum yang datang ssudah imam rukuk pada rakaat kedua, menurut kaul yang sah, walaupun salat Lohor adalah yang wajib baginya (yakni praktiknya dia harus salat Lohor dengan niat salat jumat. Karena ada teka-teki sebagai berikut: nawa wala shalla, shalla wala nawa = niat tetapi tidak salat, salat tetapi tidak niat). menurut suatu kaul, ia boleh langsung berniat salat Lohor saja.
Sumber: Kitab Fat-hul Mu’in karangan Zainuddin bin Abdul Aziz al Malibari al Fannani