Sebenar-benarnya ‘abdinya Allah itu wajib tho’at kepada Allah, yang dikumpulkan dan bisa nyata dengan pekerjaan, dan dengan rasa cinta serta bertekad untuk mengerjakannya.
Apabila tidak kuasa dalam mengerjakannya, maka harus berniat atau bertekad mengerjakan pekerjaan yang bagus dan takwa kepada Allah, serta berniat mengerjakan kebaikan.
Maka niatnya orang mukmin itu lebih bagus daripada pekerjaannya. Apabila diketahui oleh Allah kebaikan yang ada di dalam hati kita, maka Allah akan memberi ganjaran dengan yang lebh bagus, daripada yang diberikan oleh kita atau yang dikerjakan kita.
Sebagian ulama berkata bahwa pekerjaan itu adalah dengan mewujudkan /melaksanakan pekerjaan. Dan kalau mahabbah dan ngazam (bertekad/berniat), yaitu kita harus menghadap menuju pekerjaan.
Kadang-kadang orang-orang menghadap kepada pekerjaan, tetapi tidak bisa melaksanakan. Tetapi dengan sudah menghadap dan sudah niat, maka Allah swt sudah memberikan ganjaran.
Jadi yang penting bagi ‘abdinya Allah adalah harus mempunyai tujuan dan memiliki rasa cinta terhadap tujuan yang mulia. Sedangkan melaksanakannya, bagaimana saja tergantung Allah yang mengehendakinya (membuat itu terjadi).
Maka walaupun tidak bisa mengerjakannya, kalau sudah ngazam dan sudah menghadap Allah, itu mempunyai ganjaran.
Jadi penjelasan diatas harus menjadi cermin bagi kita dalam menjalani hidup. Kita harus berprasangka baik kepada Allah, serta mengharapkan ganjaran dari niatnya. Intinya walaupun sewaktu-waktu tidak bisa mengerjakan, tapi kalau sudah ada niat bagus maka akan tetap ada ganjaran.