Ya Allah, orang yang terbukti macam-macam kebaikannya dicampuri dengan macam-macam keburukan. Maka bagaimana tidak akan terbukti dicampur dengan keburukan, macam-macam keburukannya tersebut.
Artinya orang yang bagus sifatnya, maka itu hakikatnya dicampur dengan kejelekan. Sebab orang yang mendapat pujian, keburukannya ditutupi. Jadi bukan tidak ada keburukan, tetapi keburukannya ditutupi oleh Allah swt. Maksudnya jangankan orang yang penuh dengan kebaikan, padahal dia penuh dengan keburukan. Apalagi orang yang penuh dengan keburukan.
Begitu juga orang yang penuh dengan kebaikan tetapi hanya sekedar mengaku-ngaku, orang yang penuh dengan kebaikan pada hakikatnya tercampuri dengan mengaku-ngaku. Maka bagaimana tidak disebut mengaku-ngaku macam-macam pengakuan. Tegasnya jangankan orang-orang yang baik, dalam hakikatnya dia dibarengi dengan banyak mengaku-ngaku, artinya mengaku pekerjaan baik itu dari dirinya. Padahal Allah swt lah yang menghendakinya (membuat itu terjadi), apalagi yang semuanya cuma ngaku-ngaku saja, pasti hanya mengaku saja, tidak dikembalikan kepada Allah swt.
Manusia itu harus merasa sangat malu, karena walaupun kebaikannya banyak tetapi pada hakikatnya keburukannya juga banyak.
Seharusnya manusia sangat malu apabila memiliki sifat yang buruk, sebab bila penuh dengan sifat tersebut, maka kalau Allah tidak sayang dan tidak Maha Pengampun, tidak akan mau meminta pengampunan.
Begitu juga orang-orang yang baik, yang mengembalikan kepada hakikatnya Allah yang menghendakinya. Nah ini tetap saja sering dibarengi dengan ngaku-ngaku, apalagi orang yang sering tidak mengembalikan kepada Allah, mungkin dia merasa semuanya karena dia.