Jika ditanyakan kepadamu wahai orang yang beriman, “Apakah iman itu?” artinya apa yang harus diimani oleh orang islam, karena iman itu mengandung arti “membenarkan”, maka apa yang dibenarkan?
Maka jawabannya, “Aku beriman” maksudnya adalah bahwa membenarkan dengan seteguh hati dengan menyatakan adanya Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, dan takdir yang baik dan buruk dari Allah.
Jawaban ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar bin Khaththab:
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah saw sedang berkumpul bersama orang banyk, tiba-tiba ada seorang lelaki menghadap pada beliau seraya bertanya, ‘Apakah iman itu?’ Rasul menjawab, ‘Iman ialah kepercayaan kepada Allah, malaikat-Nya, pertemuan dengan-Nya, para rsaul-Nya dan hari kebangkitan’.” (HR Imam Bukhari)
Pengertian “Aku membenarkan” adanya Allah sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, adanya para malaikat sebagai hamba-hamba yang mulia, melihat Allah di akhirat bagi orang-orang yang beriman, dan bahwa para utusan Allah adalah orang-orang yang jujur lagi benar dalam memberitakan apa saja yang diterima oleh Allah, dan beriman kepada hari pembangkitan dari kubur sesudah mati.
Sebagian ulama ada yang berkata bahwa siapa yang belajar sejak kecilnya dengan beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan ketentuan Allah yang baik dan buruk dari Allah Ta’ala, sedangkan ia tahu kalau hal itu harus diimani sekalipun belum dapat menerangkan maksudnya, maka ia tidak dapat dihukumi orang yang beriman.
Sementara menurut ulama lainnya bahwa iman seseorang ketika sekarat akan mati sewaktu melihat bakal tempatnya, di surga atau di neraka adalah tidak diterima. Karena tidak dapat melakukan apa yang diperintahkan dalam keadaan dapat memilih. Sebab setiap hamba itu akan diperlihatkan bakal tempatnya di saat sakaratul maut.
Rasulullah bersabda:
dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba itu tidak akan mati sehingga melihat tempatnya di surga atau neraka.”
Berbeda taubat orang yang merasa terputus dari rahmat Allah itu dilakukan pada kesempatan yang masih luas, maka taubatnya dapat diterima sepanjang imannya sudah benar.
Rasulullah bersabda:
“taubat seorang hamba mukmin itu akan diterima selagi nyawanya masih belum sampai kerongkongan.”
Tingkatan iman
Beriman kepada Allah itu ada 3 tingkatan atau klasifikasi:
- Iman secara taklid, artinya ikut-ikutan. Yaitu mempercayai keesaan Allah karena mengikuti perkataan para ulama tanpa mengetahui dalilnya. Iman seperti ini tidak dapat selamat dari goncangan hati apabila ada orang yang mempengaruhi meragukan hatinya.
- Iman secara tahkik, artinya iman sejati (iman hakiki). Yaitu mengikat hatinya terhadap keesaan Allah. sekiranya terdapat perselisihan ahli ilmu untuk melepaskan ikatan yang kuat dalam hatinya, maka ia tidak akan terpengaruh.
- Iman secara istidlal, artinya berdasarkan dalil. Yaitu menciptakan dalil atas ciptaan Allah sebagai bukti adanya Zat Pencipta. Setiap bekas menunjukkan orang yang memberi bekas. Bangunan menunjukkan adanya orang yang membangun. Benda hasil produksi menunjukkan adanya pabrik yang memproduksi. Kotoran onta menunjukkan adanya onta. Intinya bahwa adanya bekas tanpa pemberi bekas adalah mustahil.