Pendapat Ulama Tentang Arti Puasa Untuk Allah

Para ulama berbeda pendapat mengenai firman Allah, “Puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya. Sedang semua amal adalah untuk Allah dan Dia pula yang akan membalasnya.”

Beberapa pendapat tersebut diantaranya ialah:

  1. Bahwa puasa tidak akan dimasuki riya seperti riya itu masuk dalam ibadah yang alain. Sebab riya itu kepada manusia, sedang puasa hanyalah sesuatu yang ada dalam hati. Semua itu karena amal-amal manusia, tidaklah mungkin kecuali dengan gerakan anggota tubuh selain puasa. Ia hanyalah niat yang tersembunyi dalam hati dan tidak diketahui manusia.
  2. Bahwa yang dimaksud dengan firman, “Aku akan membalasnya sendiri, adalah Allah sendiri yang mengetahui kadar pahalanya dan kelipatan balasannya. Sedang amal yang lain kadang-kadang sebagian manusia dapat mengetahuinya.
  3. Arti “Puasa untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya” adalah ibadah puasa adalah ibadah yang paling disukai Allah swt.
  4. Dihubungkan dan disandarkannya puasa kepada Allah adalah untuk menunjukkan keagungan dan kelipatannya, seperti kata Baitullah (rumah Allah).
  5. Tidak menghajatkan makan atau bentuk syahwat yang lain adalah di antara sifat-sifat Allah. lalu karena orang yang berpuasa beribadah dengan tindakan yang sesuai dengan sifat-sifat-Nya, maka disandarkan-Nyalah ibadah itu kepada Dzatnya.
  6. Sama dengan pendapat kelima itu hanya saja dihubungkan dengan para malaikat, karena demikian itu adalah sifats-sifat mereka.
  7. Semua ibadah, akan digunakan untuk membayar penganiayaan-penganiayaan yang dikerjakan terhadap sesama manusia, kecuali puasa.

Tetapi para ulama sepakat bahwa yang dimaksud puasa dalam firman-Nya “Puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya”, adalah puasa orang yang puasanya selamat dari maksiat, baik berupa ucapan atau perbuatan.

Diriwayatkan dari Nabi Muhammad, beliau bersabda, “Barang siapa yang berdiri shalat malam di bulan ramadhan dengan beriman dan mencari pahala maka diampunilah baginya dosa-dosanya yang telah lalu.”

Kisah mengenai keutamaan puasa dan memuliakan bulan ramadhan

Diceritakan bahwa ada seorang Majusi melihat anaknya sedang makan di pasar pada bulan ramadhan. Maka dia memukulnya dan berkata, “mengapa engkau tidak memelihara kehormatan kaum muslimin dalam bulan ramadhan?”

Setelah meninggal ada seorag alim yang melihatnya dalam mimpi sedang duduk di atas singgasana kebesaran di surga. Bertanyalah orang alim itu, “Bukankah engkau seorag kafir majusi?” Dia menjawab, “Benar, ketika akan mati aku telah mendengar sebuah panggilan di atasku, ‘Hai malaikat-malaikat-Ku, janganlah engkau membiarkannya dalam keadaan majusi. Muliakanlah dia dengan islam berkatpenghormatannya kepada bulan ramadhan..”

Isyarat yang dapat dipahami dari cerita ini adalah bahwa seorang majusi dapat menemukan iman berkat memuliakan ramadhan. Lalu apalagi dengan orang yang berpuasa dalam bulan ramadhan dan memuliakannya.”

Diriwayatkan dari Rasulullah dengan menceritakan firman Tuhannya: “Setiap kebaikan yang dikerjakan anak cucu Adam akan dilipatkan pahalanya, mulai dari 10 kali sampai 700 kali lipat kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya.”

Scroll to Top