Larangan Untuk Menagih Balasan Allah Dari Amal Yang Kita Lakukan

Kita jangan berani menagih kepada Allah buruh atau hasil dari amal yang telah kita lakukan. Malah kita harus malu apabila menagihnya, karena yang membuat kita bisa melakukan amal adalah atas kehendak-Nya.

Kita diciptakan oleh Allah, segala hal yang kita lakukan atas dasar kehendak-Nya, termasuk segala amal yang kita lakukan. Allah juga yang memberikan taufiq dan hidayah sehingga kita mampu melakukan amal, maka sangat tidak pantas sekali apabila kita meminta buruh atau upahnya. Sudah sangat cukup balasannya apabila amal yang kita lakukan diterima oleh Allah swt.

Menurut ahlil haq bahwa sebenar-benarnya ‘abdinya Allah itu pekerjaannya atas paksaan dari Allah, yang sudah ditentukan oleh irodatnya Allah dan dengan qudrot nya Allah. Semua pekerjaan ‘abdi Allah lah yang menghendaki, seperti yang dijelaskan di dalam Al Quran warabbuka yakhluqu maa yasaa u wayakhtaru, Allah yang menciptakan perkara termasuk pekerjaan yang ditentukan oleh Allah dan yang dipilih oleh Allah.

Wallaahu khalaqakum wamaa ta’maluun, Allah lah yang membuat (menciptakan) manusia semua, dan terhadap pekerjaan semua manusia. Kita semua tidak bisa menentukan terhadap pekerjaan, kecuali pekerjaan yang sudah ditentukan dan dikehendaki oleh Allah.

Tiap-tiap perkara itu tetap atas qadha dan qadarnya Allah. Kalau ketentuan Allah dan pelaksanaannya membuat kita semangat dalam beramal, itu merupakan hadiah dari Allah sebagai penghormatan bagi ‘abdi-Nya yang dikehendaki Allah untuk bahagia.

Jadi dengan bisa melakukan tho’at, kita seharusnya bersyukur bukannya menjadi ‘ujub dan meminta balasan dari Allah.

 

Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus sembilan belas)

Scroll to Top