Keterangan yang diterima dari Syeikh Shalih al Marqadi radiyallaahu’anhu, beliau telah melewati sebuah perkampungan, kemudian beliau berkata:
“Hai kampung, dimana ahli mu? Maksudnya dimana yang menenteramkan kepadamu? Dan dimana orang yang meramaikan kamu, maksudnya orang-orang yang membangunmu? Dan kemana orang-orang yang mendiamimu yang dahulu (duluan)?”
Kemudian datang Hatif kepada beliau (Syeikh Shalih), dia berteriak kepadanya. Syeikh Shalih mendengar suara tersebut tanpa ada seseorang yang bicaranya.
“Sudah putus (hilang) jejak dan tapak penduduk kampung ini, sudah rusak badannya para penduduk kampung ini di dalam tanah, serta tetap tidak rusak amal-amal ahli kampung ini (penduduk).”
Setiap manusia khususnya dan makhluk hidup pada umumnya, mereka itu sifatnya fana, tidak abadi, suatu saat akan mati, akan musnah, akan rusak.
Ketika manusia mati, dia akan meninggalkan semua hal atau perkara yang sangat dicintainya, baik itu harta, keluarga, jabatan dan lain-lain.
Hanya ada beberapa hal atau perkara yang akan mengikutinya hingga ke alam kubur dan akhirat, yaitu doa anak shaleh, ilmu yang bermanfaat, dan shadaqah jariyah.
Oleh karena itu, selama hidup ini kita harus berusaha dan berjuang dengan maksimal agar bisa melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta mendapatkan ridha Allah swt.
Apabila kita mati dan badan kita dikubur, sehingga akan menjadi rusak. Hal ini harus dijadikan cerminan dan petunjuk dan pengingat bahwa kita suatu saat nanti akan mati.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar