Kalimat doa qunut tidak ada ketentuannya, karena itu bisa disertai dengan membaca ayat yang mengandung doa, kalau menghendakinya, misalnya dengan membaca akhir surat al Baqarah, yaitu Rabbanaa laa tu aakhidznaa in-nasiinaa au-akhtha’naa rabbanaa walaa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamaltahu….
Boleh juga diserta dengan doa semata, walaupun tidak ma’tsur dari Nabi saw.
Bagi orang yang membaca qunut nazilah adalah membaca qunut subuh terlebih dahulu, lalu diakhiri dengan permohonan supaya dihilangkan musibahnya.
Imam disunatkan membaca doa qunut dengan jahar, walaupun pada shalat sirriyah (lohor dan asar), kecuali makmum yang tidak mendengar qunut imamnya dan orang yang shalat munfarid, mereka secara mutlak membacanya perlahan saja.
Makmum yang mendengar bacaan qunut imamnya disunatkan mengamini dengan jahar untuk memohon dengan lafaz qunut itu. Bacaan doa yang harus diamini ialah bacaan shalawat kepada Nabi saw menurut kaul yang masyhur.
Ketika memuji, yaitu mulai dari lafaz Fainnaka taqdhii sampai akhirnya, bacalah dengan sirri (perlahan-lahan). Makmum yang tidak mendengar qunut imamnya, atau mendengar suaranya tetapi tidak jelas, berqunutlah secara perlahan-lahan.
Makruh bagi imam mengkhususkan doa qunut bagi dirinya, sebab ada larangan mengkhususkan doa bagi dirinya sendiri.
Sabda Nabi saw, “Seorang hamba tidak boleh mengimami suatu kaum, lalu ia berdoa khusus untuk dirinya tanpa mendoakan mereka. Jika si hamba imam itu berbuat demikian, berarti ia mengkhianati mereka.” (Riwayat Turmudzi)