Menurut Sayyidina Ali Karamallahu wajhah bahwa siapa saja orang yang merindukan surga, maka dia akan cepat-cepat mengerjakan kebaikan, atau cepat-cepat berjalan menuju kebaikan. Dan siapa saja orang yang takut masuk neraka, maka orang itu akan berhenti dari macam-macam syahwat, artinya menahan diri dari mengikuti macam-macam geraknya nafsu.
Dan siapa saja orang yang meyakini mati, maka akan runtuh ke orang tersebut segala kenikmatan dunia.
Siapa saja orang yang mengetahui bahwa sebenar-benarnya dunia itu adalah tempatnya macam-macam cobaan dan macam-macam kotoran, maka akan menjadi lemah ke orang tersebut macam-macam musibah, maksudnya lemah ke orang itu macam-macam kerepotan yang menimpa dirinya.
Setiap orang, baik itu umat muslim, bahkan orang kafir sekalipun, pasti menginginkan dirinya masuk surga, dan tidak ingin dirinya masuk neraka. Perbedaannya adalah kalau umat muslim patokan dan pedomannya jelas untuk menuju ke surga dan menjauhi neraka. Sedangkan orang kafir atau non muslim tidak berpedoman kepada islam (agama yang diridhai Allah)
Ketika umat muslim menginginkan dirinya masuk surga, mak dia harus mengerjakan segala perintah dari Allah, atau melakukan berbagai macam amal kebaikan. Dan apa yang dilakukannya itu adalah dimaksudkan untuk mendapatkan ridha dari Allah swt. Selain itu juga harus menjauhi dan tidak mengerjakan segala perkara yang dilarang oleh Allah swt, terutama mengikuti keinginan syahwat dan nafsu yang sering menjerumuskan.
Ketika seseorang meyakini bahwa kematian itu pasti akan datang, maka dia akan merasa bahwa kenikmatan yang ada di dunia hanyalah sementara, atau bahkan tidak merasakannya sama sekali. Karena dia selalu mengingat kematian yang akan mendatanginya, sehingga dia sibuk untuk mempersiapkan diri.
Cobaan atau ujian yang menimpa manusia itu adalah suatu hal yang pasti, karena dunia itu adalah tempatnya cobaan dan musibah. Apabila setiap orang memahami ini, maka ketika dia mendapatkan musibah dan cobaan, dia tidak akan terlalu bersedih dan mengeluh.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar