Disebutkan bahwa ilmu adalah lebih utama daripada amal karena lima segi, yaitu:
- Ilmu tanpa amal bisa terjadi, sedang amal tanpa ilmu tidak mungkin.
- Ilmu tanpa amal masih bermanfaat, sedang amal tanpa ilmu tidak akan bermanfaat.
- Amal itu terhenti dan terbatas (pasif), sedang ilmu aktif menyinari kegelapan di sekelilingnya seperti lampu.
- Ilmu itu menyinari para Nabi, seperti sabda Rasulullah, “Ulama-ulama dari ummatku seperti Nabi-Nabi dari Bani Israil.”
- Ilmu itu adalah sifat Allah sedang amal adalah sifat para hamba. Jelas sifat Allah lebih utama dari para hamba.
Antara ilmu dan harta, serta rahasia di balik kata ilmu
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Nabi Sulaiman pernah diberi kebebasan memilih antara ilmu dan kerajaan. Tetapi dia memilih ilmu dan akhirnya dia diberi ilmu dan kerajaan.”
Sebagian ahli hikmah berkata, “Kata ilmu adalah 3 huruf: ‘Ain, laam dan miim. Huruf ‘ain adalah dari kata ‘illiyyin, artinya ketinggian atau surga ‘illiyyin. Laam dari kata lathif, artinya lembut dan belas kasihan. Sedang mim dari kata Malik, artinya raja.
Jadi ‘ain mengisyaratkan yang punya akan dibawa ke tingkat yang tinggi. Laam mengisyaratkan bahwa ilmu membuat yang punya bersifat lembut dan penuh belas kasih. Sedang miim mengisyaratkan bahwa ilmu akan menjadikan yang punya sebagai raja dan penguasa atas manusia lain.
Ada juga yang menerangkan bahwa untuk menunjukkan bukti kemuliaan ilmu adalah firman Allah kepada Nabi Muhammad, “Katakanlah, Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu.”
Karena Allah telah memberikan kepada Nabi Muhammad segala macam ilmu, dan Diapun tidak memerintahkannya untuk memohon tambahan selain ilmu.
Kisah mengenai keutamaan orang yang berilmu
Diceritakan bahwa Nabi Muhammad datang di sebuah pintu masjid. Dilihatnyalah setan berada di pintu masjid itu. Bersabdalah beliau, “Hai Iblis apakah yang sedang engkau kerjaka disini?” Setan berkata, “Aku hendak masuk mesjid dan merusak shalat orang yang sedang shalat ini. Tetapi aku takut kepada laki-laki yang sedang tidur ini.”
Nabi Muhammad berkata, “Hai Iblis, mengapa engkau tidak takut kepada orang yang sedang shalat, sedang dia dalam ibadah dan munajat kepada Tuhannya, tetapi engkau malah takut kepada laki-laki yang sedang tidur dan sedang dalam keadaan lengah?”
Setan berkata, “Orang yang sedang shalat adalah seseorang yang bodoh dan merusaknya adalah lebih mudah. Tetapi orang yang sedang tidur ini adalah seorang yang alim. Jika aku menyesatkan orang yang shalat dan merusakkan shalatnya aku takut dia bangun dan memperbaikinya dengan segera.”
Rasulullah saw kemudian bersabda, “Tidur orang yang alim adalah lebih baik daripada ibadah seorang yang bodoh.”