Keterangan yang diterima dari Abu Bakar ash Shiddiq ra, dia berkata: “Sebenar-benarnya tiga perkara, tegasnya tiga sifat yang tidak bisa dihasilkan dengan tiga perkara. Yang pertama kekayaan dengan angan-angan. Yang kedua adalah kemudaan (awet muda) dengan cara menyemir, maka tidak akan hasil kemudaan disebabkan menyemir rambut, dengan semir ataupun yang lainnya. Yang ketiga adalah kesehatan dengan obat, maka hasil kesehatan itu bukan dengan obat, tetapi sifat kesehatan itu pada hakikatnya disehatkan oleh Allah.”
Kesimpulannya adalah sifat yang tiga di atas dalam syariatnya adalah dengan tiga sifat di atas, tetapi hakikatnya adalah karena Allah.
Ketika seseorang menginginkan kaya, maka biasanya dia bercita-cita terlebih dahulu, memiliki angan-angan yang tinggi dan membayang-bayangkan. Kemudian dia berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan angan-angannya. Ketika mimpinya, angan-angannya atau cita-citanya menjadi kaya terwujud, hal ini sebenarnya bukan disebabkan oleh angan-angannya dia atau usahanya dia, ini hanyalah syariat, hakikatnya adalah karena Allah yang menghendaki atau dengan kata lain Allah lah yang menjadikan dia kaya.
Kemudian ketika kita menginginkan kemudaan atau terlihat muda, lalu kita berusaha mewujudkannya dengan cara menyemir rambut. Maka hal ini tetap saja tidak menjadikan kita muda, karena seiring dengan bertambahnya umur kita akan beranjak tua, dan umur atau waktu yang telah terlewat tidak akan bisa kembali lagi. Artinya kita tidak bisa memutar waktu, ingin kembali muda, ingin menjadi bayi lagi, dan lain sebagainya.
Apabila kita suatu waktu mengalami sakit, kemudian karena kita menginginkan sembuh dan sehat kembali, maka kita meminum obat, apakah itu yang murah (dari warung) atau bahkan berobat ke dokter spesialis yang mahal. Nah, ketika sembuh terkadang kita memiliki pemikiran bahwa karena obat lah atau karena berobat ke dokter spesialis lah kita jadi sembuh. Padahal sebenarnya itu hanyalah syariat atau ikhtiar manusia, sedangkan yang menyembuhkan dan membuat kita sehat kembali hakikatnya adalah Allah swt.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar