Betapa besar sekali peranan muslimah dalam upaya mengisi seluruh hidup dengan mengabdi kepada Allah, serta mentaati peraturan islam. Al-Qur’an menerangkan dalam beberapa ayatnya tentang pernikahan, yaitu :
1. “Wanita-wanita yang keji adalah untuk lelaki yang keji, dan lelaki yang keji untuk wanita yang keji pula. Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik adalah untuk wanita yang baik.” (Q.S. 24:26)
2. “Dan janganlah kamu nikah kepada wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak wanita yang beriman itu lebih baik dari wanita musyrik, sekalipun wanita musyrik itu menarik hatimu. Dan janganlah kamu (wali wanita) menikahkan laki-laki yang musyrik dengan wanita-wanita mukmin, sebelum laki-laki musyrik itu beriman. Sesungguhnya budak belian laki-laki itu lebih baik bagimu (Hai wanita mukmin) daripada orang merdeka musyrik, sekalipun lelaki musyrik itu menarik hatimu. Mereka (orang-orang musyrik itu) mengajakmu ke neraka, sedang Allah mengajakmu ke surga, dan ampunan dengan idzin-Nya untuk orang yang mau bertaubat (mana yang akan kau pilih?). Dan Allah menerangkan kepada manusia ayat-ayatNya, supaya manusia mengambil pelajaran.” (Q.S. 2:221)
3. “Hai orang-orang yang beriman ! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis. Janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. 9:28)
Ini semua adalah aturan Allah. Salah satu contoh terdapat dalam Al Qur’an surat ke-51 ayat 56 yaitu : “(Dan Aku (Allah) tidak jadikan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku (beribadah)”. Keterangan ayat ini sama dengan QS. 24;26, QS. 24;3, QS. 2;221 atau QS. 9;28.
Tapi kenyataannya banyak sekali orang yang tidak beribadah, kecuali orang yang diberi taufik dan hidayah. Sebagai manusia kita harus berikhtiar dalam mencari ridho Allah dalam segala bidang, hasilnya itu tergantung Allah. Ingat dalam hadist : “Allah tidak akan merubah satu kaum, terkecuali kaum itu mau merubahnya.”
Dengan jelas lagi tegas Allah sudah menggariskan hukum untuk kita patuhi, tanpa membantah sedikit pun. Wahai kaum muslimin dan muslimat, ingatlah ancaman Allah :
“Sesungguhnya di dalam neraka itu ada tempat mengintai untuk mengawasi, lagi pula menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas (aturan Allah). Mereka tinggal disana berabad-abad lamanya. Mereka tidak merasakan kesejukan didalamnya lagi pula tidak mendapat minuman, selain air yang mendidih & nanah. Sebagai pembalasan yang setimpal atas dosa-dosanya. (Q.S. 78:21-25)
Ayat yang pertama, menjelaskan pada kita bahwa lelaki yang keji yaitu lelaki yang kotor mulut, tidak mau diatur oleh aturan Allah, tidak mengagungkan ajaran Allah, bahkan dia menganggap ada aturan yang lebih baik dari aturan Allah. Maka laki-laki seperti itu tidak pantas menjadi suami seorang wanita shalehah. Tentunya haruslah memilih calon suami / istri yang baik.
Karena itu merupakan suatu hal yang memalukan apabila seorang muslimah yang shaleh, bersih jiwanya, halus perangainya, penuh kasih sayang dinikahkan dengan lelaki yang kurang baik. Masih mending kalau si istri bisa mewarnai, tetapi kalau tidak, rumah tangganya akan jauh dari rahmat Allah. Bahkan ada pepatah yang mengatakan “Kita jangan membayangkan manisnya madu, tapi pahitnya empedu.”
Dan lagi, jika wanita yang shaleh dinikahkan dengan orang musyrik. Bagaimana mungkin si wanita itu bisa memperoleh limpahan pahala yang banyak atas taatnya kepada suami.
“Maka janganlah kamu mentaati orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.” (QS. 68:8)
“Dan janganlah kamu mentaati orang-orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela dan kian kemari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas, lagi banyak dosa, yang berlaku kasar, selain itu terkenal kejahatannya.” (QS. 68:10-13)
Kalau pun suatu saat terjadi, ada seorang wanita yang mengaku beriman, tetapi mau dan rela dinikahi oleh lelaki yang menjadikan agama sebagai permainan (tidak taat beribadat, jangankan bercita-cita untuk meninggikan kalimat Allah, menghormati ajarannya juga sudah enggan). Maka wanita seperti itu mungkin saja imannya sudah tidak ada lagi didadanya, aqidahnya sudah patah, keyakinannya sudah terburai. Pengakuannya itu boleh jadi sekedar hiasan bibir, sedang iman sudah kering kerontang. Perhatikan ayat Allah ini :
“Kabarkanlah kepada orang-orang yang munafik bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih, yaitu : Orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir ? Ingat ! Sesungguhnya kekuatan itu milik Allah seluruhnya. QS. 4:139
Bukanlah suatu hal yang berlebihan jika dikatakan bahwa wanita yang menikah (mau dinikahi) oleh orang sekuler, musyrik dan kafir. Maka dia tidak bertanggung jawab atas masa depan agamanya. Dia tidak menyayangi dirinya, dan telah mengikhlaskan hati untuk rela dibakar di neraka.
Wahai kaum wanita…
Yakinkah engkau, bahwa orang yang menjadikan agama sebagai senda gurau itu, akan menyayangimu, menghormati ibadatmu ?
Tidak ! Bahkan fakta banyak mengatakan, bahwa tidak sedikit wanita yang semasa gadisnya berjilbab lengkap, setelah menikah dengan laki-laki yang kurang baik imannya, jilbabnya terlepas bahkan shalatnya jadi terabaikan. Kadang-kadang muslimah itu menjadi ingkar kepada aturan Allah seperti mereka.
“Mereka ingin agar kamu menjadi kafir, sebagaimana mereka telah kafir, lalu kamu menjadi sama dengan mereka, maka janganlah kamu jadikan di antara mereka menjadi walimu, hingga mereka berhijrah ke jalan Allah.” QS. 4:89
“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau “ QS. 6:70
Dari berbagai keterangan diatas, jelaslah bagi kita, bahwa wanita shalehah akan menjadi sebaik-baik perhiasan di dunia bagi seorang lelaki. Dan yang berhak memilikinya adalah lelaki yang shaleh pula. Shaleh tidak sekedar rajin shalat dan shaum saja, tapi juga mau mengucapkan sumpah kepada Allah seperti tertera dalam surat Ali Imron ayat 162.
Dirangkum oleh Ustadz M. Aas Satibi (pondok pesantren Pulosari Leuwigoong Kab. Garut) dari berbagai macam kitab fikih