Berdoa Haruslah Dengan Niat Ibadah Kepada Allah

Permintaan kita kepada Allah jangan dijadikan sebab terhadap keinginan diberi saja. Karena kalau hanya ingin diberi saja, bagi kita itu merupakan hal yang kecil. Bermacam-macam pemberian Allah ada yang sudah ditentukan dari dahulu, dan Allah akan memberikannya serta sudah ke ta’alluq kan oleh ilmunya Allah yang qadim.

Maka kalau sudah ditentukan dari dahulunya akan diberi, apa gunanya kita meminta, kan Allah bakal memberi, maka permintaan kita tidak berguna.

Tetapi kalau kita berdoa dengan niat untuk ibadah kepada Allah, mendapatkan ganjaran dari doa yang kita lakukan, dan melaksanakan keharusan seorang ‘abdi kepada Allah. Maka hal tersebut sudah memperlihatkan kejujuran dan akan mendapatkan ganjaran, dan akhirnya doa yang kita lakukan berguna.

Memang kalau penentuannya tidak ke ta’alluq kan oleh sifat ilmu serta masih dilekatkan (digantungkan) terhadap berdoa, sehingga kalau berdoa diberi. Tetapi jika kita berdoa semata-mata hanya ingin diberi saja, tidak niat ibadah, kalau Allah menentukan tidak akan memberi atau memberi, maka doa yang kita lakukan tidak ada gunanya serta faidahnya sedikit. Sebab berdoa itu tidak luput dari ganjaran tetapi nilainya sedikit.

Jadi ketentuan Allah yang dahulu itu mustahil disandarkan kepada macam-macam sebab yang baru. Yaitu seperti orang tua yang sudah menyediakan pakaian baru anaknya pada tanggal 1 bulan puasa untuk lebaran, terus anaknya minta baju pada tanggal 25. Maka orang tua memberi anaknya baju bukan disebabkan karena diminta oleh anaknya tanggal 25, sebab tadinya juga akan memberi. Jadi permintaan anak itu tidak ada artinya.

Tetapi bila si anak meminta ke orang tua pada tanggal 25, memintanya buka karena ingin diberi tapi datangnya ke orang tua dengan tujuan untuk silaturrahim, untuk memperlihatkan keharusan sikap anak kepada orang tua yang biasanya meminta, dan karena ingin didoakan, maka permintaan anak tersebut kepada orang tuanya ada manfaatnya, yaitu bisa silaturrahim dan mendapatkan doa.

 

Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus enam puluh tiga)

Related Posts