Keterangan yang diterima dari Sayyidina Ustman radhiyallahu ‘anhu:
“Aku sudah menemukan manisnya ibadah dalam empat perkara. Yang pertama adalah dalam melaksanakan kefardhuan (perkara yang diwajibkan) dari Allah, baik itu yang gampangnya maupun yang susahnya.
Yang kedua adalah dalam menjauhi perkara-perkara yang diharamkan Allah swt, baik itu yang kecilnya maupun yang besarnya.
Yang ketiga adalah dalam amar ma’ruf, yaitu perkara yang baik (bagus) dalam ajaran dan dalam mencari atau mendapatkan ganjaran dari Allah.
Dan yang keempat adalah nahi ‘anil munkar, yaitu melarang dari perkara yang tidak diridhai oleh Allah swt, baik itu dari ucapan maupun perbuatan, serta menjaga dari ketidaksukaan atau kebencian Allah.”
Ketika umat muslim melaksanakan perkara-perkara yang difardhukan oleh Allah, misalnya shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya, serta ketika mereka menjauhi atau tidak melaksanakan perkara yang sudah dilarang oleh Allah, misalnya mabuk, judi, berzina, membunuh, dan lain sebagainya, idealnya atau seharusnya mereka merasa bahagia dan menikmatinya ketika melaksanakannya. Karena pasti akan ada hikmah di balik itu semua, baik itu hikmah di dunia maupun di akhirat.
Kita juga harus merasa bahagia ketika bisa menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, seperti yang dikatakan oleh Sayyidina Ustman di atas. Kebahagiaan yang dimaksud di sini adalah kebahagiaan lahir dan batin.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar