Menurut Sayyidina Utsman radhiyallahu ‘anhu, bahwa orang mu’min itu harus terbukti berjalan dalam enam macam ketakutan.
Mukmin Harus Takut Kepada Allah
Yang pertama adalah orang mu’min harus takut kepada Allah, bahwa Dia mengambil keimanan ketika dicabut nyawanya mu’min tersebut. Sudah diriwayatkan, Ibnu Mas’ud sering berdoa seperti ini, “Ya Allah, sebenar-benarnya aku meminta kepada-Mu keimanan yang tidak jadi murtad, serta kenikmatan yang tidak ada habis-habisnya, kebahagiaan yang tidak ada putus-putusnya, dan menemani Nabi Muhammad saw di tempat yang paling tinggi disurga keabadian.
Mukmin Harus Takut Kepada Malaikat Pencatat Amal
Yang kedua, orang mu’min harus takut kepada malaikat hafadhah, yaitu para malaikat yang menuliskan amalnya ‘abdi. Artinya malaikat yang menuliskan amal perbuatan yang buruk, yang bisa mneyebabkan si ‘abdi mendapat malu di hari kiamat. Nabi Muhammad saw sudah bersabda, “Rasa malu di dunia itu lebih ringan daripada rasa malu di akhirat.” HR Imam Thabrani
Menurut Syeikh al Munawi bahwa celaan hasil dari badannya seseorang (dibukakannya aib di dunia) dengan maksud keluar dari aib tersebut, itu lebih ringan daripada menyembunyikan celaan itu sampai hari kiamat, sehingga menyebar dan jadi masyhur celaan tersebut di mauqif.
Dan karena hadist di atas, sewaktu terjadi sebagian dari sahabat Nabi terjerumus ke dalam zina, dan mereka (ba’dhus shahabat) tahu terhadap hadist ini, maka mereka mengaku terhadap perzinahan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan maksud agar Nabi saw menghukumi nmereka (ba’dhus shahabat), serta tidak melakukan kembali atau melanggar ikrarnya. Serta Nabi Muhammad menyindir ba’dhus shahabat dengan menyebutkan kembali ikrarnya, karena sebenarnya meraka tahu bahwa perasaan malu di dunia dengan ditegakkannya hukuman zina itu lebih ringan daripada perasaan malu di akhirat.
Mukmin Harus Takut Kepada Setan, Malaikat Maut, Dunia, Serta Keluarga (Anak Istri)
Yang ketiga, orang mu’min harus takut kepada setan yang akan menghancurkan amal shalihnya.
Keempat adalah orang mu’min harus takut kepada malaikat maut, bahwa dirinya dicabut nyawa ketika sedang keadaan ghaflah (lupa kepada Allah) serta datang dengan tiba-tiba.
Yang kelimanya adalah orang mu’min harus takut kepada dunia, maksudnya dari kesenangan dunia dan kemewahannya (tertipu). Mereka tenteran dengan kemewahan dunia, dan dunia tersebut melupakannya dari akhirat dan kesulitan akhirat.
Keenam, orang mu’min harus takut terhadap anak istri (orang-orang yang di nafkahi). Artinya keluarganya bisa menjadi rintangan bagi dirinya untuk melaksanakan ibadah dan tha’at kepada Allah.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar