Syarat taubat itu ada tiga, yaitu kembali dari maksiat, menyesali perbuatan maksiatnya, serta bertekad untuk tidak mengulanginya lagi untuk selama-lamanya.
Diriwayatkan dari Jabir ra bahwa ada seorang Badui Arab yang masuk ke dalam masjid Rasulullah saw. Dia membaca Allaahumma innii astaghfiruka wa atuubu ilaika (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu). Kemudian dia bertakbir (takbiratul ihram shalat).
Setelah selesai shalat, Ali berkata kepada Badui Arab tersebut, “Hai orang ini, tergesa-gesanya lidah dengan istighfar adalah taubat orang-orang pembohong, dan taibatmu ini memerlukan taubat juga.”
Berkatalah Badui itu, “Hai Amirul Mu’minin, bagaimana taubat orang-orang yang benar?” Ali menjawab, “Taubat itu sebutan untuk enam arti, yaitu:
- Menyesali dosa-dosa yang telah berlalu.
- Mengulangi (menyusuli) fardhu-fardhu yang disia-siakan.
- Mengembalikan segala penganiayaan.
- Menghancurluluhkan nafsu di dalam perbuatan taat sebagaimana engkau telah mmeliharanya dalam maksiat.
- Membuatnya merasakan kepahitan taat sebagaimana engkau telah membuatnya merasakan kemanisan maksiat.
- Menangis sebagai ganti dari tertawa yang pernah engkau lakukan.”
Menurut Najmuddin bahwa apabila Allah hendak menrima taubat seorang hamba dari hamba-hamba-Nya agar hamba itu kembali jauh dari tingkat yang terendah dan mendekat kepada tingkat yang setinggi-tingginya, maka Dia akan menyelamatkan hamba itu dari pengabdiannya kepada selain Allah dengan menggunakan hal-hal yang mendatangkan pertolongan Allah, kemudian memebri hamba itu pertolongan untuk dapat kembali ke haribaan-Nya serta menerima kembalinya berkat taqarrubnya kepada Allah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Barang siapa yang bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku sejengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Barang siapa yang bertaqarrub kepada-Ku satu hasta tentu Aku akan mendekat kepadanya satu depa (seperentangan tangan).”
Maknanya ialah orang yang mendekat kepada Allahdengan bertaubat dan taat, maka Allah akan mendekat kepadanya dengan rahmat, taufiq, dan pertolongan, dan jika hamba menambah maka Allah akan menambahkannya lagi.
Sumber: Durrotun Nasihin