Sebagai umat muslim, kita diperintahkan untuk selalu berada di jalan-Nya. Artinya melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam muamalah atau hubungan dengan sesama manusia, hendaklah setiap diri kita mencintai sesama dikarenakan Allah dan membenci juga karena Allah. Banyak sekali keterangan yang menyebutkan keutamaan mencintai sesuatu karena Allah dan membenci karena Allah. beberapa diantaranya ialah sebagai berikut:
Di dalam Al Khabar disebutkan bahwa, “Bakal didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat. ditimbanglah amal-amalnya dan ternyata lebih berat kejahatannya daripada kebaikannya. Maka diperlihatkanlah dia untuk dibawa ke neraka.
Berkatalah laki-laki itu, ‘Ya Tuhanku, tangguhkanlah aku sesaat. Aku akan minta sebuah kebaikan dari ibuku.’
Allah memberi waktu kepadanya dan datanglah dia kepada ibunya. Dia berkata, ‘Wahai ibuku, demi sesuatu yang telah engkau gunakan memeliharaku di dunia dan engkau mengantarkan aku kepada segenap kebaikan, berikanlah kepadaku sebuah kebaikan dari kebaikan-kebaikanmu agar aku selamat dari neraka.’
Ibunya berkata, ‘Hai anakku, aku sendiri tidak mampu dalam perihalku dan kebingungan mengenai urusanku. Bagaimana pula aku mungkin menyelamatkanmu pada hari ini.’
Berputus asalah dia dari ibunya, demikian pula dia datang kepada seluruh kerabatnya. Diapun berputus asa dari mereka. Maka Allah memerintahkan untuk dibawa ke neraka. Kawan dekatnya melihatnya sedang dihalau ke neraka, maka berkatalah kawannya itu, ‘Aku berikan kepadamu seluruh kebaikanku, agar salah satu diantara kita selamat dari neraka. Itu lebih ringan daripada kita berdua ke dalam neraka.’
Lalu diperintahkanlah dia ke surga dan diapun cepat-cepat menuju ke surga. Diserulah dia di tengah jalan, ‘Bukanlah termasuk kesetiakawanan kalau engkau melupakan kawanmu dalam neraka lalu engkau sendiri masuk ke surga.’
Maka diapun menjatuhkan dirinya bersujud dan memberi syafa’at kepada kawannya itu. Maka Allah pun memerintahkan keduanya untuk dimasukkan ke dalam surga.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Ibnu Abbas, keduanya berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang mengunjungi saudaranya muslim, maka baginya dengan setiap langkah hingga dia kembali pahala memerdekakan budak, dihapus dengan setiap langkah itu seribu kesalahan dari dirinya, ditulis baginya seribu kebaikan dan diangkat untuknya sebuah nur seperti nur Arasy, disisi Tuhannya.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Maukah kamu aku beritahukan tentang orang-orang yang menjadi penghuni surga dari kamu?” kami berkata, “Ya, ya Rasulullah.” Nabi Muhammad bersabda, “Nabi berada di surga, orang yang benar berada di surga, orang mati syahid berada di surga, seseorang yang mengunjungi saudaranya yang muslim di sebuah tempat dalam kota dan dia tidak mengunjunginya kecuali karena Allah juga berada di surga.”
Diriwayatkan dari Barirah, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, “Sesungguhny di surga itu terdapat beberapa kamar yang luarnya dapat dilihat dari dalamnya, begitu pula sebaliknya. Allah menyediakannya untuk orang-orang yang saling mengasihi, saling mengunjungi dan saling menyerahkan jiwa raganya karena Allah.”
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, dia berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Orang-orang yang berkasih-kasihan dan saling mengunjungi karena Allah berada di atas sebuah tiang dari mutiara yaqut merah, sedang pada ujung tiang itu terdapat 70 kamar yang menyinari seluruh penghuni surga seperti halnya matahari menyinari penghuni dunia. Berkatalah penghuni-penghuni surga, ‘Berangkatlah bersama kami, mari kita melihat orang-orang yang berkasih-kasihan karena Allah.’
Ketika penghuni surga dekat pada ahli berkasih-kasihan karena Allah, bersinarlah wajah-wajah mereka seperti halnya matahari menyinari penghuni dunia. Mereka mengenakan pakaian-pakaian hijau dari sutera, tertulis pada dahi mereka, ‘Inilah orang-orang yang berkasih-kasihan karena Allah dan saling mengunjungi.’
Diriwayatkan dari Ali bin Al Husain, dia berkata, “Apabila orang-orang dahulu dan orang-orang yang kemudian telah berkumpul, berserulah malaikat penyeru, ‘Dimanakah tetangga Allah dalam bumi-Nya?’ yakni ketika di dunia. Maka berdirilah segolongan manusia denganmenuju surga. Berkatalah para malaikat, ‘Kemana kamu hendak pergi?’ mereka menjawab, ‘Ke surga.’ Malaikat bertanya, ‘Apakah sebelum hisab?’ mereka menjawab, ‘Kami adalah tetangga-tetangga Allah.’ malaikat bertanya, ‘Siapakah tetanggamu?’ mereka menjawab, ‘Kami berkasih-kasihan karena Allah.’ Malaikat berkata, ‘Masuklah kamu ke surga, maka sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal adalah surga.”
Sumber: Durrotun Nasihin