Bersedih karena kematian orang alim, dan orang yang membenci dunia

Nabi Muhammad bersabda: “Tiada seorang mukmin yang bersedih hati karena kematian seorang alim kecuali Allah akan menulis untuknya pahala seribu orang alim dan seribu orang mati syahid.”

Demikian pula Nabi Muhammad bersabda, “Kematian seorang alim adalah kematian seluruh alam.”

Di dalam kitab Al-Kawasy disebutkan bahwa barang siapa yang memaki seseorang yang memiliki ilmu dengan kata-kata persetubuhan, maka kafirlah dia dan tertalaqlah istrinya dengan thalaq ba’in, menurut Muhammad dan orang-orang ahli fiqih.

Nabi Muhammad bersabda, “Bakal datang oada umatku sebuah masa dimana mereka lari dari pada ulama dan fuqaha. Karenanya Allah menurunkan bala atas mereka dengan 3 macam bala, yaitu: 1. Dihilangkan berkah dari mata pencaharian mereka; 2. Allah menguasakan mereka pada penguasa yang dhalim; 3. Mereka keluar dari dunia tanpa membawa iman.”

Diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda: “Apabila datang hari kiamat dihadirkan empat golongan di depan pintu surga tanpa lebih dahulu melihat hizab maupun adzab:

  1. Orang alim yang mengamalkan ilmunya.
  2. Orang yang beribadah haji yang baik dalam hajinya (tidak mengerjakan fasad).
  3. Orang mati syahid yang terbunuh dalam medan perang.
  4. Orang dermawan yang telah mencari harta halal dan menginfakkannya di jalan Allah tanpa disertai riya’.

Mereka saling berebut sendiri satu sama lain untuk masuk surga lebih dahulu. Lalu Allah mengutus malaikat Jibril agar memutuskan di antara mereka itu. Bertanyalah Jibril pertama kali kepada orang yang mati syahid itu. Katanya, ‘Apa yang telah engkau kerjakan di dunia sehingga engkau ingin masuk surga lebih dahulu?’ orang yang mati syahid itu menjawab, ‘Aku telah terbunuh dalam medan perang untuk mencari ridha Allah swt.’

Jibril bertanya lagi, ‘Dari siapakah engkau dapat mendengar pahala orag mati syahid?’ Dia menjawab, ‘Dari para ulama.’ Jibril berkata, ‘Jagalah adab dan janganlah mendahului gurumu.’

Kemudian Jibril mengangkat wajahnya kepada orang yang beribadah haji dan berkata seperti kepada orang yang mati syahid itu. Kemudian kepada orang yang dermawan juga demikian. Kemudian berkatalah orang alim, ‘Ya Tuhanku, aku tidak dapat menghasilkan ilmu kecuali berkat kedermawanan orang yang dermawan dan kebaikannya.’

Maka Allah Azza wa Jalla berkata: “Benar orang alim itu. Hai Ridwan (penjaga surga), bukalah pintu-pintu surga sehingga orang yang dermawan masuk surga, sedang mereka semua sesudahnya.”

Nabi Muhammad bersabda, “Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah dari kamu.”

Demikian pula Allah swt telah mewahyukan kepada Nabi Ibrahim, “Aku adalah Alim (Maha Mengetahui) dan menyukai orang alim.”

Al Hasan mengatakan bahwa tinta ulama akan ditimbang besok di hari kiamat dengan darah orang-orang yang mati syahid. Maka tinta ulama lebih menang mengalahkan darah orang-orang mati syahid.

Nabi Muhammad bersabda, “Jadilah engkau seorang yang alim, atau orang yang mencari ilmu, atau orang yang mendengarkan dan janganlah menjadi orang yang keempat maka celakalah engkau.”

Ditanyakan kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, manakah amal yang paling utama?” Beliau menjawab, “Ilmu mengenai Allah.”

Sebab sedikit amal disertai ilmu akan bermanfaat, dan banyaknya amal disertai kebodohan tidak bermanfaat.

Dari sini dapat diketahui bahwa ilmu adalah mutiara yang lebih berharga daripada ibadah. Tetapi seorang hamba mesti mengerjakan ibadah denga disertai ilmu, jika tidak maka ilmunya akan sia-sia belaka.

Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya Allah, malaikat-malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi seperti semut dalam liangnya dan ikan di laut sekalipun, mereka mendoakan kepada orang yang mengajar kebaikan kepada manusia.”

Scroll to Top