Janganlah Mengeluh Karena Pertolongan Allah Pasti Datang

Diceritakan dari seorang yang shalih, bahwa ketika dirinya sedang thawaf di Ka’bah, lalu bertemu dengan seorang perempuan yang sedang menggendong anak kecil, dan tak henti-hentinya berdoa, “Yaa Kariim, Yaa Kariim ahdukal qadim,” (Wahai Tuhan yang Maha Pemurah, wahai Tuhan yang Maha Pemurah, aku mengharap janji-Mu dahulu). Lalu orang shalih itu berkata, “Apakah janji antara kamu dengan Allah?” wanita itu menjawab, “Dahulu aku pernah naik kapal bersama beberapa pedagang, tiba-tiba di tengah laut datang angin taufan menghantam perahu kami sehingga tenggelam semua penumpang perahu dan tidak ada yang selamat kecuali aku dan bayiku ini, lantara aku naik kayu yang terpung di tengah laut bersama anakku, dan juga ada seorang lelaki hitam yang di atas kayu lain.

Ketika pagi telah tiba dan suasana menjadi terang benderang, lalu orang hitam itu melihatku dan berusaha keras mendekat kepadaku. Akhirnya ia dapat sampai bersama kami danlam satu kayu yang sedang terapung. Lalu ia merayuku dan mengajak untuk berzina, lalu aku berkata,”Wahai hamba Allah, apakah kamu tidak taku kepada Allah? padahal kita sekarang berada di tengah-tengah bahaya yang tidak akan selamat dengan berbuat ketaatan apalagi dengan berbuat maksiat.”

Lalu ia berkata, “Tinggalkan omongan itu, demi Allah aku harus berbuat itu.” Kebetulan anakku waktu itu sedang duduk dipangkuanku, maka aku cubit hingga bangun dan menangis seketika, lalu aku berkata kepadanya, “Wahai hamba Allah, biarkan aku sekarang menidurkan anakku terlebih dahulu, dan untuk permintaanmu nanti terserah takdir Allah.” tiba-tiba ia menarik anak ini dan melemparkannya ke laut. Maka aku segera memandang ke langit seraya berdoa, “Wahai Tuhan yang menghalangi antara kehendak seseorang dan hatinya, jadilah Engkau sebagai penghalang antara aku dan orang hitam ini dengan daya upaya dan kekuatan-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Lalu perempuan itu berkata, “Demi Allah, aku belum selesai mengucapkan doaku, tiba-tiba ada binatang laut yang besar dengan mulut terbuka, lalu menelan orang hitam itu dan Allah menyelamatkan aku dari kejahatannya dengan kekuatan-Nya, sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Kemudian aku dibawa oleh gelombang kesana kemari hingga sampailah di suatu pulau, dan disana aku makan apa saja yang aku temui dari pohon dan minum air tawar. Dan aku tingga di daerah itu selama 4 hari, dan ketika pada hari kelima, tampak olehku sebuah kapal dari kejauhan, lalu aku naik ke atas bukit seraya melambaikan tanganku dengan kain agar mereka melihatku. Lalu ada tiga orang dari awak kapal itu turun dan pergi kepadaku dengan menggunakan sampan kecil, lalu aku naik bersama mereka.

Ketika aku masuk ke dalam kapal yang besar, ternyata anakku dahulu yang dilempar oleh orang hitam bersama salah seorang dari mereka, lalu aku mendekatinya dan menciuminya, dan berkata, “Demi Allah, ini adalah anakku dan buah hatiku.” Lalu orang-orang yang berada di atas kapal itu berkata, “Apakah kamu sudah gila atau akalmu tidak waras.” Aku pun berkata, “Demi Allah, aku tidak gila dan akalku juga sehat, tetapi ada suatu kejadian yang kualami sebelumnya.”

Lalu aku menerangkan kepada mereka kisah perjalananku mulai awal hingga akhir. Ketika mereka mendengar cerita ini, mereka berkata, “Wahai perempuan, sesungguhnya kamu telah menjelaskan kepada kami tentang perjalanan hidupmu, sungguh penuh dengan suatu keajaiban. Kami akan menceritakan kepadamu suatu kisah yang ajaib pula tentang penemuan anak kecil ini. Ketika kami berlayar dengan kapal ini dan angin pun turut membantu kami, lantaran keadaan juga tenang, tiba-tiba ada binatang laut yang menghalangi kapal kami, lalu berhenti di depan kami. Tiba-tiba ada suara yang memanggil, ‘Jika kamu tidak mau mengambil anak ini, maka kamu akan binasa,’ lalu salah seorang diantara kami pergi mengambilnya dari punggung binatang itu, lalu masuk lagi ke kapal dan binatang itu menyelam kembali ke dalam laut. Kami memang merasa kagum dengan kejadian yang telah kualami dan kagum pula terhadap apa yang telah kamu alami. Sungguh kami berjanji kepada Allah agar tidak berbuat maksiat setelah hari ini, lalu mereka sama bertaubat.” Lalu aku berkata, “Maha Suci Allah yang Maha Belas Kasih lagi elok kenikmatan-Nya, Maha Suci Tuhan yang menolong orang yang kesusahan di waktu tertimpa penderitaan. Tuhan yang Maha penyayang yang telah memelihara kami dari perzinahan dan menjadikan kami sebagai hamba yang terbaik.”

Scroll to Top