Tidak selamanya setan menang
Diceritakan oleh Al Ya’fi bahwa dahulu kala ada seorang pemuda yang tampan dari kaum Bani Israil, sedang pekerjaannya hanyalah menjual keranjang (tas keranjang). Pada suatu hari ketika ia sedang berkeliling menjajakan barang dagangannya, tiba-tiba ada seorang perempuan keluar dari rumah raja. Dan ketika perempuan itu melihat pemuda yang berwajah tampan itu, maka ia segera kembali dan memberitahukan kepada putri raja akan hal itu seraya berkata, “Sesungguhnya aku telah melihat seorang pemuda yang sangat tampan, bahkan aku belum pernah melihat pemuda setampan dia.” Maka putri raja berkata, “Panggillah ia supaya masuk kemari.” Maka dipanggillah pemuda itu dan dipersilahkan masuk dari pintu yang pertama, kedua dan yang ketiga kemudian ditutup kembali pintu-pintu itu, dan disana ia disambut oleh seorang putri raja yang telah membuka wajah dan lehernya.
Kemudian si pemuda berkata, “Tutuplah tubuhmu dengan pakaianmu dan sekarang siapa yang akan membeli keranjang ini?” mereka menjawab, “Kami tidak memasukkan kamu kemari untuk membeli tas keranjangmu, melainkan agar kamu mau memuaskan nafsu birahi kami.” Maka pemuda itu berkata, “Bertakwalah kepada Allah, takutlah kepada Allah dan jangan berbuat sesuatu yang dapat dimurkai oleh Allah.” putri raja menjawab, “Jika kamu tidak mau menuruti kehendakku, maka aku akan menjerit dan memberitahu kepada raja bahwa kamu masuk kemari untuk memaksaku menggaulimu.” Sungguhpun demikian pemuda itu tetap memberikan nasihat yang baik kepada putri raja tersebut, tetapi tetap tidak dihiraukan.
Maka setelah semua nasihatnya tidak berhasil, lalu ia minta agar disediakan air wudhu. Lalu putri raja berkata, “Wahai pelayan perempuanku, ambilkan air wudhu dan perintahkan ia agar pergi ke atas (loteng) sehingga ia tidak dapat melarikan diri dari kami,” karena rumah itu tingginya dua puluh meter.
Ketika pemuda itu sampai disana dan telah selesai berwudhu, lalu ia berdoa, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku diperintahkan untuk berbuat maksiat kepada-Mu, tetapi aku lebih suka membunuh diriku dari loteng ini daripada aku harus berbuat maksiat kepada-Mu. Kemudian pemuda itu membaca “Bismillah” dan melemparkan tubuhnya dari tempat yang tinggi itu.
Akan tetapi Allah segera menyuruh malaikat agar turun untuk menyambut dan menyelamatkan kejatuhannya, maka malaikat itu memegang kedua kakinya sehingga ia jatuh dalam keadaan berdiri, kemudian setelh mengetahui bahwa dirinya selamat sampai di bawah, ia berdoa, “Wahai Tuhanku, jika Engkau berkehendak maka berilah kepadaku rizki yang cukup sehingga aku tidak perlu berjualan tas keranjang ini lagi.” Maka Allah mengirimkan padanya belalang dari emas, maka diambilnya sepenuh bajunya, lalu berdoa, “Wahai Tuhanku, jika emas ini sebagai rizki yang Engkau berikan kepada kami di dunia, maka berkahilah.” Tiba-tiba ada suara yang mengatakan, “Sesungguhnya apa yang kamu ambil ini adalah sebagian dari seperdua pulub lima balasanmu di akhirat, lantaran kesabaranmu untuk menjatuhkan dirimu dari atas loteng.” Maka pemuda itu berkata lagi, “Wahai Tuhanku, aku tidak butuh kepada balasan yang dapat mengurangi pahalaku di akhirat nanti,” lalu belalang emas itu hilang semuanya.
Dan ketika ditanyakan kepada setan, “Mengapa kamu tidak berhasil menyesatkannya untuk melakukan kekejian?” setan menjawab, “Bagaimana aku dapat menyesatkan orang yang telah berani mengorbankan jiwanya untuk keridhaan Allah.”