Shalat Sunnah Dhuha (Pengertian, Waktu Pelaksanaan, Jumlah Rakaat, Doa)

Disunatkannya shalat sunat dhuha berdasarkan firman Allah swt dalam surat shaad ayat 18, “Mereka itu membaca tasbih(salat) di waktu petang dan pagi .” Ibnu Abbas mengatakan, “Salat isyraq adalah salat dhuha.”

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Kekasihku (Nabi saw) telah berwasiat kepadaku dengan tiga macam, yaitu puasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha 2 rakaat, dan shalat witir sebelum tidur.” Wasiat Nabi saw ini telah beliau wasiatkan pula kepada Abu Dzar r.a.

Abu Daud meriwayatkan bahwa Nabi saw salat dhuha delapan rakaat dan beliau bersalam pada setiap dua rakaat.

Salat dhuha paling sedikit dua rakaat dan paling banyak delapan rakaat, sebagaimana yang tercantum dalam kitab Tahqiq dan Majmu’. Pendapat ini dijadikan pegangan para ulama. Karena itu, haram menambah dari delapan rakaat dengan niat dhuha. Delapan rakaat adalah yang paling afdhal, sebagaimana dinyatakan dalam kitab Raudhah dan matan-nya (Al-Aziz, kitab Raudhah karangan Imam Nawawi dan matan-nya karangan Imam Rafii). Oleh karena itu boleh menambah dari 8 rakaat sampai 12 rakaat dengan niat dhuha.

Sebagaimana sabda Nabi saw, “Apabila kamu salat 2 rakaat, tidak dicatat sebagai orang-orang yang lupa; bila 4 rakaat, dicatat sebagai orang-orang yang baik; bila 6 rakaat, dicatat sebagai orang-orang yang taat; bila delapan rakaat, dicatat sebagai orang-orang yang bahagia; bila sepuluh rakaat, tidak ditulis dosanya pada hari itu; bila 12 rakaat, tentu Allah mendirikan gedung baginya di surga.” (Riwayat Baihaqi)

Disunatkan bersalam pada setiap dua rakaat (boleh sekali salam meskipun mengerjakan 12 rakaat sekaligus). Waktunya yaitu pada saat matahari mulai meninggi seukuran satu tombak hingga tergelincir. Sedangkan berdasarkan waktu ikhtiyar yaitu, setelah lewat seperempat hari (kurang lebih jam 09.00). Hal ini berdasarkan sabda Nabi saw, “Salat awwabin adalah salat dhuha, yaitu ketika unta yang menyusui berlutut karena mulai merasakan terik matahari.”

Apabila menimbulkan pertentangan dalam upaya mendapatkan keutamaan mengakhirkannya sampai seperempat hari dan melaksanakannya di masjid tanpa mengakhirkannya, maka yang lebih utama adalah mengakhirkannya sampai seperempat hari, walaupun mengerjakannya tidak di masjid, sebab ada kaidah yang menyatakan, “Sesungguhnya fadhilah yang bertalian dengan waktu lebih utama dipelihara daripada yang bertalian dengan tempat.”

Ketika shalat dhuha disunatkan membaca surat Asy Syamsi dan Adh Dhuha, atau membaca Al Kafirun dan Al Ikhlas.

Menurut kaul yang masyhur, dua rakaat isyraq itu termasuk dhuha. Berbeda dengan Imam Ghazali dan pengikutnya (yang berpendapat sunat isyraq dan dhuha itu berbeda).

Setelah selesai salat dhuha, bacalah doa:

اَللّهُمَّ اِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَائُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللّهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَاءِ فَاَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَاَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسِّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ اَتِنِى مَااَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

“Wahai Tuhanku, sesungguhnyya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu. Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi, maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah berkat waktu dhuha, keindahan, kecantikan, kekuatan dan kekuasaan-Mu,  limpahkanlah kepsegala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang soleh.”

Lalu membaca lafadz di bawah ini sebanyak 40 kali atau 100 kali.

رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Scroll to Top