Menurut Syeikh Wahab bin Munabbih rahimahullah, bahwa ditulis di dalam kitab Taurat 27 nasihat.
Pertama, siapa saja orang yang mengumpulkan bekal untuk berjalan menuju alam akhirat dengan taqwa, yaitu dengan menjauhi setiap perkara yang ditakuti menjadi madharat dalam agama, maka tentu di akhirat orang itu akan menjadi kekasih Allah.
Kedua, siapa saja orang yang meninggalkan kemarahan, maka tentu dia akan menjadi tetangga Allah. Rasulullah saw bersabda, “Orang yang kuat itu bukan yang bisa merobohkan orang lain, tetapi yang bisa mengendalikan nafsu (kemarahannya) ketika sedang marah. Nabi saw juga bersabda, “Siapa saja orang yang menahan amarahnya, maka Allah akan menjaganya dari siksaan-Nya.”
Ketiga, siapa saja orang yang meninggalkan senang-senang dengan kehidupan dunia, maka sia akan selamat dari siksaan Allah di hari kiamat.
Keempat, siapa saja orang yang meninggalkan makhluk, maka dia akan dipuji di hari kiamat dihadapan para makhluk. Nabi Muhammad saw bersabda, “Kalian semua harus takut terhadap hasud, karena sebenar-benarnya 2 putra Nabi Adam salah satunya membunuh saudaranya dikarenakan hasud.”
Kelima, siapa saja orang yang meninggalkan suka dengan kepemimpinan, maka dia di hari kiamat akan menjadi orang yang mulya dihadapan Allah. Nabi saw bersabda, “Tidak semata-mata seorang lelaki yang sombong (merasa besar dan mengagungkan diri sendiri) dalam berjalannya, melainkan dia akan menghadap kepada Allah dan Allah membenci orang tersebut.” HR Imam Bukhari, Imam Ahmad dan Imam Hakim.
Keenam, siapa saja orang yang meninggalkan berlebih-lebihan dalam perkara dunia, seperti omongan dan harta benda, keagungan serta yang lainnya dari perkara yang diperbolehkan (yang sering menjadikan maksiyat dan lupa kepada Allah), maka tentu dia akan termasuk kedalam kalangan orang yang mendapatkan nikmat (termasuk kedalam ahli kebaikan)
Ketujuh, siapa saja orang yang meninggalkan papaduan (bahasa sunda), maka tentu dia di hari kiamat akan menjadi orang yang bahagia (selamat). Nabi Muhammad saw bersabda, “Siapa saja orang yang meninggalkan papaduan (padahal dia orang yang berbuat salah), maka akan dibangun baginya satu rumah di samping surga. Dan siapa saja orang yang meninggalkan papaduan dan dia orang yang berbuat benar, maka akan dibangun baginya rumah di tengah-tengah surga. Dan siapa saja orang yang memperbagus akhlaqnya, maka bakal dibangun untuknya sebuah rumah diatas surga.”
Kedelapan, siapa saja orang yang meninggalkan pelit di dunia, maka dia tentu akan menjadi orang yang akan diceritakan dihadapan makhluk. Nabi saw bersabda, “Tidak akan mau berkumpul iman dan pelit di dalam hati seorang lelaki yang beriman selamanya.” HR Ibnu Sa’ad
Nabi Muhammad saw juga bersabda, “Penyakit apa yang lebih buruk daripada penyakit pelit.” HR Imam Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim
Kesembilan, siapa saja orang yang meninggalkan kesenangan di alam dunia, dengan cara membuat lelah badannya dalam jalan tha’at kepada Allah swt, maka dia di hari kiamat akan dibahagiakan di surga darussalam.
Kesepuluh, siapa saja orang yang meninggalkan perkara haram dalam makanan dan minuman, pakaian serta ucapan, maka dia di hari kiamat akan menjadi tetangga para Nabi ‘alaihimusshalatu wassalam.
Kesebelas, siapa saja orang yang meninggalkan melihat perkara haram di dunia, maka Allah akan membahagiakan orang itu pada matanya di hari kiamat di surga, dengan perkara yang membahagiakan yang belum pernah dilihat oleh matanya, belum pernah mendengar telinganya, dan belum pernah terbersit di hatinya.
Kedua belas, siapa saja orang yang meninggalkan kekayaan di dunia dan memilih kefakiran , maka Allah akan membangunkan orang tersebut di hari kiamat bareng dengan para Nabi dan para Wali.
Ketiga belas, siapa saja orang yang berdiri/nalangin/memenuhi kebutuhan orang-orang di dunia, maka tentu Allak akan memenuhi berbagai kebutuhannya orang tersebut di dunia dan di akhirat. Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja orang yang memenuhi kebutuhan saudaranya yang muslim, maka dia akan mendapatkan ganjaran seperti ganjaran orang yang naik haji dan umrah.”
Nabi Muhammad saw juga bersabda, “Siapa saja orang yang memenuhi kebutuhan saudaranya yang muslim, maka ganjarannya adalah seperti yang mengkhadam (berbakti) kepada Allah sepanjang umurnya. Karena sebenar-benarnya shalat itu nga khadam (berbakti) kepada Allah di muka bumi.”
Ketiga belas, siapa saja orang yang ingin mendapatkan yang bisa menenteramkan didalam kuburnya, maka dia harus bangun di malam hari dan melakukan shalat sunah walaupun hanya 1 rakaat.
Keempat belas, siapa saja orang yang ingin ada di iuh-iuhan ‘arasy Allah (peneduh ‘arasy) yang bersifat rahman, maka dia harus terbukti sebagai orang yang zuhud, artinya yang memalingkan diri dari dunia dengan hatinya. Nabi Muhammad saw bersabda, “Sudah selamat awalnya umat ini dengan zuhud, dan sudah rusak (celaka) akhirnya dari umat tersebut disebabkan terlalu berlebihan dalam harta dunia dan panjang angan-angan (lamunan) atau thulul amal.”
Kelima belas, siapa saja orang yang menginginkan gampang atau ringannya hisaban amal, maka dia harus menasehati dirinya sendiri dan saudara-saudaranya.
Keenam belas, siapa saja orang yang menginginkan para malaikat berziarah kepada dirinya, maka dia harus terbukti sebagai orang yang wara’. Wara’ itu jadi syarat untuk istiqamah dalam agama. wara’ yang paling rendah adalah wara’ul ‘adul, dan wara’ yang paling tinggi adalah wara’ush shiddiiqiin.
Ketujuh belas, siapa saja orang yang ingin tinggal di tengah-tengah surga, maka dia harus dzikir kepada Allah pada waktu siang dan malam. Menurut Imam Qusyairi bahwa tidak akan wushul (sampai) seorang ‘abdi kepada Allah kecuali dengan langgeng dzikir kepada Allah.
Dzikir itu ada 2 macam, yaitu dzikir lisan dan dzikir hati.
Kedelapan belas, siapa saja orang yang ingin masuk surga tanpa diperiksa terlebih dahulu, maka dia harus taubat dengan taubat nasuha. Menurut Imam Qusyairi bahwa taubat adalah tingkatan pertama dari tingkah para salikin, danm maqam awal dari sebagian maqam thalibin.
Menurut ahli ma’rifat bahwa manusia harus membersihkan 4 perkara dengan 4 perkara, yaitu:
- Membersihkan wajah dengan air mata.
- Membersihkan lidah dengan dzikir kepada Allah swt.
- Membersihkan hati dengan rasa takut kepada Allah.
- Membersihkan dosa dengan taubat kepada Allah.
Kesembilan belas, siapa saja orang yang ingin kaya, maka dia harus ridha terhadap pembagian dari Allah (harta, jabatan/pangkat, dan lain-lain.)
Menurut Syeikh ‘Abdul Wahid bin Zaid, bahwa ridha itu merupakan pintu Allah yang sangat besar dan merupakan surga dunia.
Kedua puluh, siapa saja orang yang ingin faqih (mengerti ilmu agama), maka dia harus khusyu dalam urusan agamanya. Artinya yang nurut dalam urusan agama yang haq dan menerima yang haq itu walaupun dari siapa saja.
Kedua puluh satu, siapa saja orang yang menginginkan jadi orang yang hakim (bijaksana), maka dia harus bukti menjadi orang yang alim. Nabi Muhammad saw bersabda, “Siapa saja orang yang pada pagi-pagi dan sore-sore mengajari ilmu, maka dia ada di surga.” HR Abu Nu’aim
Doa ini adalah yang sering dibaca ketika berdiri setelah mengaji dari Syeikh ‘Ali al Maghribi Quddisa sirruhu, Allaahumma innii astaudi’uka maa qara’tuhu fardudhu ilayya ‘inda haajatii ilaihi, Ya Allah aku menitipkan kepada-Mu perkara (ilmu), yang sudah aku baca perkaa tersebut, semoga Engkau membalikkan perkara tersebut kepadaku ketika aku membutuhkan perkara itu.
Kedua puluh dua, siapa saja yang ingin selamat dari orang-orang (keburukannya), maka tidak boleh membicarakan orang lain kecuali kebaaikannya. Serta harus mengambil i’tibar (pelajaran) seseorang bahwa dari bahan apakah badannya diciptakan. Manusia itu diciptakakan awalnya dari nuthfah (air mani) yang jijik. Dan badannya manusia diciptakan itu adalah untuk beribadah dan tha’at kepada Allah.
Nabi Muhammad saw bersabda, “Harus takut kalian kepada api orang mukmin, jangan membakar api tersebut kepadamu, walaupun terpeleset/mengerjakan dosa orang-orang mukmin pada tiap-tiap hari 7 balikan. Karena sebenar-benarnya tangan kanannya ada dalam kekuasaan Allah, dimana Allah mengehendaki untuk membangunkan kembali dari keterpelesetan manusia (‘abdi), maka Allah akan melakukannya.” HR Imam Hakim
Kedua puluh tiga, siapa saja orang yang menginginkan kemulyaan, artinya keluhuran di dunia dan di akhirat. Maka dia harus mendahulukan akhirat dan mengakhirkan dunia, serta melanggengkan ibadah pada semua waktu sesuai dengan kemampuannya.
Kedua puluh empat, siapa saja orang yang menginginkan surga firdaus (surga yang paling luhur) dan kenikmatan yang tidak akan rusak (kenikmatan surga), maka jangan menyia-nyiakan umurnya dengan merusak dan berbuat maksiyat.
Kedua puluh lima, siapa saja yang menginginkan surga (kebahagiaan di dunia dan di akhirat), maka dia harus dermawan atau sering memberi. Karena sebenar-benarnya orang yang sering memberi itu dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Keterangan yang diterima dari Siti Aisyah r.a bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Orang yang dermawan itu dekat dengan rahmat Allah, yang dekat dengan orang-orang, yang dekat dengan surga dan jauh dari neraka. Dan orang yang pelit itu adalah yang jauh dari rahmat Allah, jauh dari orang-orang, jauh dari surga serta dekat dengan neraka. Dan orang bodoh yang dermawan lebih dicintai oleh Allah daripada orang tukang ibadah tapi pelit.”
Diriwayatkan bahwa Sayidina Hasan dan Husain dan ‘Abdullah bin Ja’far berangkat naik haji. Di perjalanan mereka kehabisan bekal dan merasa lapar serta haus, lalu mereka melewati saung nenek-nenek yang disitu ada kambing. Mereka meminta kambing itu kepada si nenek, lalu si nenek memeras susu kambing lalu diberikannya kepada mereka untuk diminum. Setelah itu si nenek menyembelih kambing dan dagingnya diberikan kepada mereka juga.
Maka setelah jangka waktu tertentu Sayyidina Hasan melihat si nenek ada di Madinah dan dia mengenalinya, kemudian beliau memberikan 1000 kambing dan seribu dinar kepada si nenek, kemudian beliau mengantar si nenenk kepada saudaranya (Sayyidina Husain), lalu Sayyidina Husain memberi 1000 kambing dan 1000 dinar. Kemudian diantarkan pula kepada Ibn Ja’far, dan beliau memberi 2000 kambing dan 2000 dinar. Setelah itu si nenek pulang dengan membawa 4000 kambing dan 4000 dinar.
Kedua puluh enam, siapa saja orang yang ingin hatinya diterangi dengan nur yang sempurna, maka dia harus tafakur dan mengambil i’tibar. Artinya mentafakuri keagungan Allah dan mengambil pelajaran dari adanya kematian.
Kedua puluh tujuh, siapa saja orang yang ingin mendapatkan badan yang sabar dan lidah yang dzikir ke Allah serta hati yang khusyu, maka dia harus memperbanyak istighfar untuk mukmin dan mukminat serta muslimin dan muslimat.
Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja orang yang membacakan istighfar untuk mukmin dan mukminat, maka Allah akan menuliskan untuk orang tersebut dengan sebab tiap mukmin dan mukminat dengan satu kebaikan.” HR Imam Thabrani dari ‘Ubad bin Shamit.
Nabi Muhammad saw juga bersabda, “Siapa saja orang yang membacakan istighfar untuk mukmin dan mukminat pada tiap kali 27 balikan, maka tentu dia akan menjadi sebagian orang yang dikabulkan doanya, dan diberi rizki dengan sebab (perantaraan) orang-orang ahli penduudk bumi.” HR Imam Thabrani dari Abid Darda
Nabi Muhammad saw bersabda, “bahwa 10 perkara mencegah atau menghalangi 10 perkara lainnya, yaitu:
- Surat al Fatihah mencegah kebencian Allah.
- Ya Sin mencegah dari dahaga di hari kiamat.
- Ad Dukhan mencegah dari kesulitan di hari kiamat.
- Al Qaqi’ah mencegah dari kefakiran.
- Tabarak (al Mulk)mencegah dari siksa di dalam kubur.
- Al Kautsar mencegah dari memusuhinya orang-orang (musuh)
- Al Kafirun mencegah dari kekufuran ketika dicabut nyawa.
- Al Ikhlas akan mencegah dari kemunafikan.
- Al Falaq mencegah hasudnya semua orang yang hasud.
- An Naas yang mencegah waswas dari setan.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar