Keterangan yang diterima dari Syeikh Dzinnunil Mishrii Radhiyallaahu ‘anhu:
“Orang yang ma’rifat kepada Allah swt itu ditawan, maksudnya hatinya diikat dengan cinta kepada Allah.
Hatinya orang itu adalah orang yang melihat, maksudnya adalah yang menghiasi batin dengan muraqabah, serta dalam lahirnya dengan muhasabah (memperhitungkan amal). Dan amalnya orang itu banyak.”
Seseorang yang mencintai Allah dengan sebenar-benarnya, tidak akan ada lagi baginya yang utama selain Allah. Dalam segala tingkah lakunya dan perbuatannya, baik itu lahirnya maupun batinnya akan selalu bersandar dan menggantungkan dirinya kepada Allah.
Dia tidak akan tergoda, terbuai, dan terjerumus ke dalam perkara yang bisa menyesatkan dirinya. Dirinya tidak akan bergaul dan berbaur dengan orang-orang atau perkara yang tidak membawa manfaat baginya.
Cintanya kepada Allah merupakan cinta sejati, tidak ada lagi cinta yang lain. Dia akan disibukkan dengan melaksanakan segala perkara yang diperintahkan oleh Allah, baik itu yang wajib maupun yang sunnah. Selain itu dia tidak akan melaksanakan perkara yang dilarang oleh Allah.
Setiap hari dia akan sibuk dengan amal kebaikan, selalu berdzikir dan mengingat Allah, memuji Allah dengan memperbanyak takbir, tasbih, tahmid, tahlil, membaca Al Quran, dan lain sebagainya.
Dia setiap hari akan selalu merasa takut terjerumus ke dalam kema’siyatan, sehingga dirinya akan selalu sibuk memperbanyak amal kebaikan.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar