Keterangan yang diterima dari Sayyidina Ali Radiyallaahu ‘anhu wakarrama wajhahu:
“Kamu harus membuat kelebihan kepada orang yang diinginkan olehmu, maksudnya membuat kebaikan kepada seseorang. Dan kamu harus memberi orang lain, maka kamu itu adalah pemimpinnya (menjadi amirnya) orang tersebut. Artinya kalau kamu membuat kebaikan kepada seseorang dengan cara memberi, maka kamu akan menjadi pemimpinnya orang tersebut.
Dan silahkan kamu meminta-minta kepada orang yang kamu inginkan, maka kamu akan menjadi tawanannya orang tersebut. Artinya silahkan saja kamu meminta kepada orang lain apa saja yang dibutuhkan, baik itu hartanya atau ilmunya. Maka apabila kamu butuh terhadap seseorang dalam hal yang barusan disebut, tentu kamu akan menjadi ‘abidnya orang itu. Karena sebenar-benarnya badan itu wataknya sering suka atau senang kepada orang yang sudah membuat kebaikan kepadanya.”
Seperti keterangan di dalam hadist Nabi,”Siapa saja orang yang menyenangi suatu perkara, maka orang itu akan menjadi tawanannya perkara tersebut.”
Dan perkataan Sayyidina Ali,”Aku adalah ‘abdinya manusia yang sudah mengguruiku (mengajarinya) se harfa. Apabila orang itu menginginkan, maka orang itu bisa menjualku. Dan kalau orang itu menginginkan, maka akan memerdekakan aku.”
Kita harus merasa cukup dengan rizki yang diberikan Allah kepada kita (merasa cukup dengan yang ada di kita), dan kita jangan butuh dengan harta dari orang lain yang memiliki harta yang banyak. Apabila kita tidak membutuhkan orang kaya itu, tentu kita juga akan kaya seperti dia.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar