Syahwat itu bisa menjadikan raja menjadi ‘abdi, karena siapa saja orang yang mencintai suatu perkara, maka orang tersebut jadi ‘abdinya perkara itu. Sedangkan kesabaran membuat ‘abdi menjadi raja, sebab sebenar-benarnya ‘abdi itu bisa menghasilkan segala yang diinginkan karena kesabarannya.
Lihatlah riwayat Nabi Yusuf ‘alaihis salam, kejadian antara Nabi Yusuf dengan Siti Zulaikha. Nah Siti Zulaikha sangat mencintai sekali Nabi Yusuf, tetapi Nabi Yusuf sabar terhadap ajakan Siti Zulaikha. Nah dengan kesabarannya tersebut Nabi Yusuf menjadi raja dan jadi Nabi.
Syahwat itu sangat dahsyat sekali akibatnya, apabila kita tidak bisa mengendalikannya, maka kita akan terperdaya olehnya dan akan menyesal mengikuti ajakannya. Banyak sekali orang yang hancur disebabkan tidak bisa menahan syahwatnya (tidak bisa mengendalikannya). Lihatlah saat ini di media-media, baik itu media elektronik ataupun media cetak, ataupun di media sosial, banyak sekali diceritakan tentang orang-orang yang tidak bisa mengendalikan (menahan) syahwatnya, sehingga akhirnya terjerumus ke dalam kesesatan.
Janganlah kita menjadi orang-orang yang mengikuti syahwat, dan tidak menjadi orang yang menyesal di dunia dan di akhirat. Kita haruslah mencontoh Nabi Yusuf dalam menghadapi godaan Siti Zulaikha. Beliau sangat sabar sekali dalam menghadapinya.
Sabar itu harus diaplikasikan (dipraktekan) dalam segala aspek kehidupan kita. ketika kita menghadapi cobaan, kesulitan ataupun musibah, kita harus sabar menghadapinya. Kita harus yakin bahwa akan ada hikmah dari setiap hal yang ditentukan Allah.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar