Yang harus diingat itu adalah yang sering dihinggapi lupa, dan yang harus diingatkan adalah yang sering nganggur.
Banyaknya ahli ma’rifat yang meninggalkan berdoa adalah karena mereka beranggapan dengan berdoa itu ingin merubah ketentuan Allah yang sudah ditetapkan, dan menuding (menuduh) Allah itu pelupa. Jadi menurut ahli ma’rifat dengan berdoa itu, merasa dirinya ingin merubah, sedangkan yang paling bagus itu adalah pasrah.
Dengan berdoa, ahli ma’rifat berpandangan bahwa itu merupakan tingkah orang yang menganggap Allah pelupa, akan memberi tetapi masih belum saja. Menurut ahli ma’rifat, permintaan seperti ini kurang adab (sopan). Sebab yang harus diingatkan itu adalah yang sering kedatangan lupa, sedangkan Allah swt tidak pernah kedatangan lupa. Seperti firmannya: “Wamallaahu bighaafilin ‘ammaa ta’maluun”.
Dan yang harus diingatkan itu adalah yang sering nganggur, sedangkan mustahil Allah swt nganggur. Sebab kekuasaan-Nya sempurna dan diliputi oleh sifat ilmu-Nya. Jadi diakhirkannya pemberian oleh Allah itu bukan disebabkan Allah lupa, tetapi mengandung hikmah untuk kemaslahatannya.
Dan titel yang pertengahan yang mementingkan doa kepada Allah, yaitu memperhatikan barangkali ada pemberian Allah yang dilekatkan terhadap berdoa. Sebab didalam hadist penentuan Allah yang mu’allaq itu rubah dengan berdoa. Kesimpulannya Allah itu tidak mungkin lupa, karena Dia adalah Maha Kuasa.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus enam puluh delapan)