Mukmin yang sempurna itu adalah yang sudah menyatakan kelemahan dirinya dan banyak kekurangannya, sambil melihat segala sifat keagungan Allah. Maka dimana-mana dipuji oleh manusia dia malu terhadap Allah, karena hatinya sedang kuat/manteng kepada Maha Agungnya Allah, dan menyatakan kelemahannya.
Orang mukmin yang tidak sempurna, dia senang apabila dipuji, malah sering memperlihatkan sifat-sifat keutamaan. Hal tersebut dilakukan semata-mata karena ingin dipuji. Dengan dipujinya dia maka akan putus segala kebaikannya. Banyak orang yang dipuji rajin beramal, akhirnya berhenti amalnya, kemudian banyak orang dipuji baik, akhirnya berhenti kebaikannya.
Kesimpulannya adalah bahwa kita semua tidak boleh senang apabila dipuji oleh sesama makhluk. Kita harus merasa khawatir dan malu kepada Allah, karena yang berhak untuk dipuji itu hanyalah Allah. Manusia itu tempatnya salah, kesalahan, dan dosa. Pujian dari sesama makhluk dapat membuat kita ‘ujub dan takabur, serta menjerumuskan kita kepada kesombongan, sedangkan hal tersebut dilarang dalam agama islam.
Ketika kita dipuji oleh makhluk (orang lain), kita harus mawas diri dan harus ingat bahwa segala pujian itu milik Allah. Dengan demikian kita tidak terjerumus ke dalam kesalahan dan ke dalam perkara yang tidak disukai oleh Allah. Kita harus banyak beristighfar, membaca tasbih, membaca tahmid, dan takbir, kemudian juga memperbanyak membaca shalawat kepada nabi.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus empat puluh)