Manusia itu sering kedatangan bingung dan juga sering kedatangan senang/bahagia. Dua hal tersebut sering datang bergantian, kadang bingung kadang bahagia. Seperti saling bergantiannya siang dan malam, ketika bingung terasa seperti malam, sedangkan ketika senang/bahagia seperti siang.
Malam adalah waktunya beristirahat sedangkan siang waktunya berusaha/berikhtiar. Nah ketika sedang bingung, nafsu itu keadaannya tidak berkutik karena tidak ada yang disukai. Dan ketika sedang senang/kaya/bahagia, keadaan nafsu juga ikut senang dan melaksanakan keinginannya.
Ketika keadaan nafsu sedang tidak berkutik, itu akan lebih mendekatkan kepada keselamatan, dan akan lebih besar datangnya faidah. Maka ketika sedang bingung atau dalam kesulitan yang disamakan dengan malam, kita harus banyak bermunajat kepada Allah, banyak membersihkan diri, dan manteng (kuat) hatinya kepada Allah.
Sehingga Allah akan memberikan keutamaan ketika sedang berada dalam kesulitan (kebingungan), dimana keutamaan tersebut tidak bisa dihasilkan ketika keadaan kita sedang senang/lapang. Jadi ketika kita sedang dalam kesulitan (bingung) atau sedang berada dalam kesenangan/kelapangan, dua-duanya ada faidahnya.
Adab-adaban atau sikap kita ketika mengalami kesulitan (kebingungan) yaitu harus pasrah sepenuhnya kepada Allah, jangan banyak mengeluh, jangan rewel. Malah kalau kita bisa inkisar hati maka itu bisa menjadikan tempat datangnya rahmat Allah swt. Firman Allah dalam hadist qudsi: “anaa ‘indal munkasiraati quluu buhum”, artinya rahmat Allah akan diberikan kepada orang yang sedang inkisar hatinya, yaitu rasa diri lemah dan faqir, tidak ada kekuasaan, tidak ada daya dan upaya. Nah dalam keadaan demikian sering turun pemberian dari Allah yang tidak diberikan ketika waktu lapang/senang.
Apabila kita sedang mengalami kebingungan/kesulitan jangan terlalu menginginkan kesenangan (lapang), sebab mungkin saja lebih bagus ketika sedang mengalami kesulitan. Begitu juga ketika kita sedang senang/lapang/ bahagia, jangan menginginkan kesulitan (kebingungan), sebab mungkin saja lebih bagus ketika sedang lapang/senang.
Kesimpulannya adalah dalam keadaan apapun, baik itu ketika sedang bahagia, senang, bingung, sulit, kita harus tetap sabar dan tawakal dan ridha terhadap semua ketentuan atau taqdir Allah.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus empat puluh tujuh)