‘ibarat atau bahasa yang dinasihatkan oleh ahli ma’rifat itu karena didorong oleh keinginan yang sangat untuk menceritakan (menyebarkan) ilmu, atau karena bertujuan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang ingin wushul ke Allah.
Ahli ma’rifat itu sering mengeluarkan nasihat dalam ilmu kema’rifatannya dan ilmu-ilmu hakikatnya, sebab-sebabnya ada dua, yaitu:
- Terdorong oleh sebab ingin mendatangkan (mengeluarkan) nasihat, sehingga keinginannya tidak bisa ditahan. Ketika dirinya sudah sadar terkadang sering merasa nelangsa dan merasa prihatin, karena menceritakan ilmu-ilmu rahasia.
- Nasihatnya itu semata-mata ingin menunjukkan kepada murid-muridnya yang ingin wushuk ke Allah.
Dua sebab di atas sama-sama dipuji, sebab yang pertama ‘ibaratnya yang terdorong oleh rasa ingin mengeluarkan tingkahnya orang ahli suluk dari golongan bawahan (ahli bidayah). Sedangkan sebab yang kedua itu ‘ibaratnya semata-mata untuk menunjukkan kepada orang-orang yang ingin wushul ke Allah.
Nah itu adalah tingkahnya orang-orang yang mempunyai kemampuan serta golongan ahli tahqiq. Dimana-mana ada ‘ibarat tetapi munculnya bukan dari sebab yang diatas, seperti orang ahli suluk mendatangkan ‘ibarat bukan dari dorongan keinginan yang tidak tertahan, maka itu termasuk kepada yang ngaku-ngaku bisa. Dan kalau ahli tamkin dari golongan ahli nihayah tujuan dalam ‘ibaratnya bukan untuk menunjukkan ke murid, maka itu juga termasuk membuka-buka rahasia yang harus disembunyikan.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus tujuh puluh sembilan)