Doa merupakan penyebab yang kuat untuk menghilangkan hal yang dibenci dan untuk mendapatkan apa yang dimaksud. Tetapi terkadang pengaruhnya tidak terwujud, hal ini disebabkan karena adanya kelemahan pada doa’nya.
Misalnya do’a itu tidak dikabulkan Allah karena di dalamnya ada bentuk pelanggaran, seperti kelemahan hati dan tidak menghadap Allah serta memusatkan kepada Allah di kala berdo’a. Atau ada kalanya terdapat penghalang untuk dikabulkan, contohnya makan makanan haram, berbuat dhalim, kekotoran hatinya akibat dosa dan dikuasai kelengahan dan lupa serta hawa nafsu.
Nabi Muhammad bersabda, “ketahuilah bahwa Allah tidak akan menerima do’a dari hati yang lengah.”
Kisah mengenai keajaiban doa
Dikisahkan ada seorang laki-laki shalih yang kesulitan dalam hidupnya, kekurangan bahan makan dan belanja. Dia memiliki seorang istri, dan berkatalah istrinya, “Berdo’alah engkau agar Allah memberi kelapangan pada kita mengenai dunia.”
Berdo’alah lelaki itu, saat perempuan itu masuk ke rumahnya dilihatnya sudut ruangan terdapat sebuah batu bata dari emas. Diambillah batu bata itu dan berkatalah suaminya, “Belanjakan sesukamu.”
Dalam tidurnya laki-laki itu bermimpi bahwa dia masuk ke dalam surga. Dilihatnya sebuah gunung yang berkurang kira-kira sebesar batu bata. Dia bertanya, “Untuk siapakah gunung ini?” dijawab, “Untukmu.” Dia bertanya lagi, “Dimana sebuah batu batanya ini?” dijawab, “Kami telah mengirimkannya kepadamu.”
Seketika itu juga terbangunlah laki-laki itu dan berkata kepada istrinya, “Bawalah kemari batu bata itu.” Diambilnya batu bata tersebut dan diletakkannya di dekat kepalanya, dia berdoa, “Ya Tuhanku, aku benar-benar telah mengembalikannya kepada-Mu.” Maka Allah mengembalikan batu bata itu ke tempat semula.
Nabi Muhammad bersabda, “Tidaklah seseorang mengambil sesuap dari dunia kecuali Allah benar-benar telah mengurangi bagiannya di akhirat.”
Allah berfirman dalam surat Asy Syuraa ayat 20, “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat maka kami akan menambah keuntungan itu, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia maka akan kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat kelak.”
Kelapangan dan kebahagiaan akan dberikan kepada umat islam di akhirat
Umar berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah tidur di atas tikar, dan benar-benar terlihat bekas tikar itu pada kedua lambungnya. Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, berdo’alah kepada Allah agar Dia membuat lapang dunia untukmu. Karena raja-raja Faris dan Rum benar-benar diberi kelapangan, sedang mereka tidak beribadah kepada Allah.”
Maka Nabi Muhammad bersabda, “Semua kelapangan itu disimpan untuk kita hai Ibnul Khaththab. Sedang mereka kelompok manusia yang disegerakan kesenangannya di dunia ini.”
Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Apakah engkau tidak puas, kalau dunia ini untuk mereka sedang kita mendapatkan akhirat?”
Nabi Muhammad bersabda, “Dua hal, barang siapa dua hal itu ada pada dirinya maka Allah akan menulisnya sebagai orang yang bersyukur dan orang yang bersabar. 1) Orang yang memandang dalam hal agamanya kepada orang yang berada di atasnya, lalu dia mengikutinya. 2) Orang yang memandang dalam hal dunianya kepada orang yang berada di bawahnya, lalu dia memuji Allah atas karunia yang diberikan-Nya kepada dirinya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nisaa ayat 32: ‘dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”
Menurut Syaqiq Az Zahid bahwa orang fakir telah memilih tiga hal dan orang kaya juga telah memilih tiga hal. Orang fakir telah memilih kenyamanan tubuh (dapat beristirahat), ketenangan hati dan keringanan hisab. Sedang orang kaya memilih kepenatan tubuh, kesibukan hati dan kesulitan hisab.:
Sumber: Durrotun Nasihin