Orang yang menjelek-jelekan wiridan adalah orang yang bodoh. Dan warid (pemberian dari Allah) itu tidak bisa ditemui di akhirat. Sedangkan wiridan itu bakal tidak ada dengan tidak adanya alam dunia. Perkara yang paling bagus adalah perkara yang betul-betul (yang maksimal), yaitu perkara yang adanya itu tidak ada pengggantinya.
Wiridan itu diminta Allah untuk dilaksanakan oleh kita, sedangkan pemberian Allah (warid) adalah perkara yang diminta oleh kita dari Allah. Maka dari segi kepangkatan, lebih tinggi perkara yang diminta oleh Allah dari kita, dibandingkan dengan perkara yang diminta oleh kita dari kita.
Penjelasan : Amal sholih yang dikerjakan untuk meramaikan waktu, apakah berupa bacaan-bacaan ataupun shalat yang menjadi jalan ma’rifat kepada Allah, itu jangan dibilang hina. Sebab orang yang tidak diberi keistimewaan oleh Allah tidak akan mau wiridan.
Orang yang paling bodoh adalah orang yang menghina wiridan, sebab wiridan ini akan hilang dengan meninggalnya kita. Maka siapa saja orang yang tergiur dengan keistimewaan dari Allah, lalu dia tidak menghiraukan wiridan (menghinanya), maka orang tersebut sangat bodoh, sebab keistimewaan dari Allah akan bisa ditemui di akhirat. Sedangkan wiridan akan hilang dengan matinya kita.
Wiridan harus betul-betul melaksanakannya, sebab tidak ada yang menggantinya. Wiridan adalah tingkah yang diperintahkan Allah, sedangkan keistimewaan adalah perkara yang diminta oleh kita. maka tingkah yang diminta oleh Allah itu lebih utama daripada yang diminta oleh kita.
Jadi tergiur atau menginginkan warid, lalu meninggalkan wirid adalah keliru. Yang dimaksud wirid adalah macam-macam bacaan yang tertib untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan yang dimaksud warid adalah keistimewaan dari Allah swt yang diberikan ke sebagian ‘abdi-Nya.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus sembilan)