Ibadah itu merupakan suatu pekerjaan, maksudnya perusahaan atau tempat usaha dari berbagai jihat (sisi). Sedangkan warungnya adalah hirfah, yaitu berdiam diri. Artinya warungnya hirfah adalah berbicara sir (rasa) dengan Allah sekira-kiranya tidak ada siapa-siapa.
Sedangkan modalnya usaha (hirfah) adalah taqwa, artinya yang menjadi pokoknya tingkah ibadah adalah menjaga badan dari perkara yang menjadi sebab mendapat siksa dari mengerjakannya atau meninggalkannya.
Dan kalau untungnya usaha itu (hirfah) adalah surga, yaitu tempat ganjaran dan segala perkara yang ada di dalam surga.
Setiap manusia yang hidup di dunia ini hendaknya mengetahui fungsi dirinya, atau tugas dia hidup di dunia. Manusia itu adalah khalifah di muka bumi, oleh karena itu seharusnya bisa memaksimalkan kemampuan dirinya dalam beribadah kepada Allah.
Di dalam agama islam terdapat segala aturan yang mengatur hidup manusia di muka bumi. Ketika manusia bisa melaksanakan aturan ini dengan baik, maka pasti semuanya akan berjalan dengan baik.
Setiap manusia hendaknya melaksanakan segala perkara yang diperintahkan oleh Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena apabila kita amal shalihnya banyak dan mendapat ridha Allah, maka kita akan masuk surga, dan apabila kita lebih banyak berma’siyat kepada Allah, maka akan masuk neraka.
Surga dan neraka diciptakan oleh Allah sebagai balasan bagi makhluk-Nya selama hidup di dunia. Oleh karena itu, kita harus takut akan siksaan Allah, dan mengharapkan ridha Allah agar memasukkan kita ke dalam surga.
Sumber: Kitab Nashaihul ‘ibaad karangan Syeikh Muhammad Nawawi bin ‘umar