Kita harus takut dan khawatir terhadap madharat yang menimpa diri kita, yaitu menimpanya (menindihnya/mencengkramnya) hawa nafsu kepada kita.
Penjelasan : Sebenar-benarnya orang yang ingin wushul (sampai) kepada Allah, itu tidak dikhawatirkan keliru jalan, karena jalannya sudah molompong (kosong/jelas). Yaitu Allah sudah mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya, serta terlihat jalan-jalannya wushul kepada Allah.
Siapa saja orang yang melihat kitab-Nya dan sunah Rasul-Nya, maka akan menemui jalan yang menunjukkan wushul ke Allah. Yang ditakuti atau dikhawatirkan oleh orang yang ingin wushul ke Allah adalah hawa nafsu yang bisa mengalahkan dirinya, sehingga dia menjadi buta dan tidak bisa melihat jalan, yang akhirnya dirinya tidak bisa sampai.
Misalnya seperti adanya rasa ‘ujub di diri kita karena bisa tho’at, membiasakan diri melakukan ma’siyat, menghitung-hitung sedikit nikmat yang diberikan Allah, sehingga kita tidak mensyukurinya, atau sering berkeluh kesah dan putus asa terhadap datangnya musibah. Nah hal inilah yang patut untuk ditakuti atau dikhawatirkan. Maka bagi orang yang ingin wushul kepada Allah, maka harus menjaga dirinya jangan sampai hawa nafsu bisa mengalahkan dirinya.
Hawa nafsu itu sangat dahsyat sekali pengaruhnya, kalau kita tidak bisa meredamnya maka akan sangat fatal akibatnya. Oleh karena itu kita harus hati-hati terhadap nafsu, dan berusaha semaksimal mungkin untuk meredamnya.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah keseratus empat)