Orang yang berakal itu adalah orang yang merasa senang dengan perkara yang akan menetap (abadi), daripada menghasilkan perkara yang bakal rusak. Maka cahayanya akan bersinar dan dhahir kebahagiaannya.
Tingkahnya orang yang berakal dan pikirannya benar (sehat), serta penuh dengan ilmunya untuk bertakwa kepada Allah swt. Hatinya akan merasa bahagia dan senang apabila sudah mengerjakan pekerjaan yang ganjarannya (balasannya) bakal terasa selamanya di akhirat, dan akan merasa prihatin apabila tidak dapat mengerjakannya.
Sedangkan kalau hasilnya keindahan dunia yang bisa membuat dirinya lupa kepada Allah, ini tidak membuat dirinya bahagia seperti bahagianya bisa beramal yang ganjarannya abadi.
Segala harta yang dimiliki sering diolah atau dipakai untuk menghasilkan ganjaran yang bakal abadi di akhirat. Di dalam hatinya bersinar cahaya serta terlihat kebahagiaan di wajahnya.
Kita harus sadar bahwa dunia dan segala isinya itu akan berakhir, hanya akhirat lah yang akan abadi. Oleh karena itu selama hidup di dunia kita harus senantiasa memperbanyak amal, berusaha dan berjuang mendapat ridha Allah, sebagai bekal untuk nanti di akhirat. Jangan sampai amal kebaikan kita timbangannya lebih ringan dibandingkan keburukan atau dosa kita.
Lakukanlah amal sebanyak-banyaknya, berniatlah dengan ikhlas dalam melakukannya. Apabila kita terlanjur melakukan kesalahan atau dosa, segeralah bertaubat, menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan dan berjanji tidak akan melakukannya lagi.
Teladanilah Rasulullah Muhammad saw, sahabat-sahabatnya, para ulama dan orang-orang shalih. Jadikanlah mereka sebagai panutan dalam hidup kita.
Diambil dari kitab Al Hikam karangan Assyeikh al Imam Ibni ‘Athoillah Assukandari (hikmah kedua ratus lima puluh delapan)