Didalam islam banyak sekali nasehat untuk suami istri yang sangat bermanfaat untuk keharmonisan rumah tangga. Saudaraku, kini engkau telah menyatu bersama orang yang dijodohkan Allah untukmu, orang yang ada di sampingmu adalah amanat Allah, jaga baik-baik amanat itu. Pernikahan ini membuka peluang bagimu untuk memperoleh limpahan pahala seperti tercantum dalam hadist yang bersumber dari Abi Said Al Khudzri.
Pendapat dari Hadist
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya jika suami memandang isterinya dan isterinya mau balas memandang, maka Allah memandang mereka dengan pandangan kasih saying (rahmat). Dan jika suami mau memegang telapak tangan isterinya (diajak bercanda atau bersetubuh, dll), maka dosa mereka berjatuhan (terhapus) dari sela-sela jari mereka.” (dari Maisyaroh bin Ali)
Nabi bersabda : “Sesungguhnya suami pasti mau mensetubuhi isterinya. Jika ia mau pahala setubuhnya sama dengan pahalanya anak laki-laki yang berperang di jalan Allah, lalu terbunuh (jihad fisabilillah)”.
Bermanis-manis mukalah kalian, karena itu adalah shadaqah. Abu Dzar berkata, Rasulullah bersabda : “Jangan menganggap remeh suatu kebaikan (walaupun sedikit), sekalipun hanya menyambut temanmu dengan wajah yang manis. “ (HR. Muslim)
“Kalimat yang sopan itu shadaqah”. (HR. Bukhori Muslim).
Jika salah seorang diantaramu berbuat salah kepada teman hidupnya, cepatlah minta maaf sebelum dituntut di akherat kelak. Abu Hurairoh berkata, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya semua hak pasti akan dikembalikan kepada yang berhak di hari kiamat, sehingga diibaratkan seekor kambing yang tidak bertanduk pun akan diberi kesempatan untuk membalas kepada kambing yang bertanduk.” (HR. Muslim)
Tahanlah dirimu dari menzalimi yang lain sebab Allah berkata : “Hai hamba-Ku, Aku telah mengharamkan penganiayaan terhadap diri-Ku sendiri, karena itu Aku mengharamkan penganiayaan antara diri kamu.” (HR. Muslim)
Jangan menganiaya istri walaupun dengan cara menahan dari haknya.
Menyatunya engkau dengan isterimu harus menambah rajinnya kamu mengabdi kepada Allah. Penyatuan engkau harus seperti menyatunya Musa dengan Harun. Ketika Nabi Musa masih sendiri, ia merasa takut untuk menegakkan yang hak menghadapi Thogut (nama asli Fir’aun), tetapi setelah berdua dengan Nabi Harun timbullah keberaniannya. Begitu juga engkau berdua, dalam melawan setan dan menegakkan kebenaran harus lebih kuat, karena sudah berdua bersama pasangannya.
Ketika engkau masih sendiri, mungkin tahajud kurang kita perhatikan, tetapi setelah berdua, lakukanlah itu setiap malam, tidak tertarikkah engkau dengan hadist di bawah ini :
Abu Hurairoh berkata, Rasululllah bersabda : “ Allah kasih kepada seorang laki-laki yang bangun shalat malam, dan membangunkan isterinya (untuk shalat malam pula). Jika isterinya tidak mau bangun, disiram air muka isterinya itu. Demikian pula Allah kasih kepada seorang perempuan yang bangun malam (shalat malam), dan membangunkan suaminya, jika menolak maka disiram air di mukanya.” (HR. Abu Dawud). Begitu juga dengan shaum sunat dan ibadah nafilah lainnya
Kini engkau telah berdua, semakin lama engkau bergaul, akan semakin tahulah kita akan watak masing-masing. Tentu diantaranya ada yang tidak menyenangkan kita, bersabar hatilah, jangan bertengkar karena masalah yang bukan prinsip (kecuali salah seorang melanggar aturan agama).
Abu Hurairoh berkata, Rasulullah bersabda : “Pintu-pintu sorga terbuka tiap hari senin dan kamis. Maka diampunkan dosa-dosa tiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali orang yang masih bersengketa (bermusuh-musuhan dengan saudaranya, maka dikatakan “Tangguhkan dua orang ini sehingga mereka berdamai.” (HR. Muslim)
Bersepakatlah diantara kamu berdua, bahwa setiap masuk rumah ucapkan Basmallah dan Salam, ucapkan pula Basmallah ketika makan, agar di rumahmu tidak ada tempat untuk setan menginap dan makan.
Jabir berkata, saya telah mendengar Rasulullah berkata : “Apabila seseorang masuk ke dalam rumahnya dengan menyebut Bismillah dan ketika makan, maka setan berkata kepada temannya : tiada tempat tinggal dan tiada bagian makan disini bagi kamu. Dan bila masuk tiada menyebut nama Allah, setan berkata : kamu dapat bermalam di rumah ini, kemudian jika makan tidak menyebut nama Allah, setan berkata: kamu dapat bermalam dan makan di sini.” (HR. Muslim)
Relakah kamu memberi tempat dan makan kepada orang yang akan menjerumuskan kamu ke neraka ?
Seperti biasanya kita, Jamaatu Ikhwan, alangkah baiknya jika itu diterapkan dalam kehidupan rumah tangga, yaitu jika makan dengan jari dalam sebuah piring oleh berdua, selesai makan jilatlah jarimu oleh diri, seperti kata Rasulullah, Dari Ibnu Abbas telah bersabda Rasulullah : “ Apabila salah seorang dari kamu makan, maka janganlah ia seka dulu tangannya sebelum ia jilati tangannya.” (HR. Bukhori Muslim)
Jika makan bersihkanlah makanan di piring, jangan tertinggal sekalipun cuma sebutir nasi sebab Rasulullah berkata : “Jika jatuh suapan salah seorang dari kamu, hendaklah diambil dan dibersihkan kotoran yang melekat padanya, kemudian di makan, dan jangan dibiarkan di makan oleh setan, serta jangan keburu mengusap tangan dengan sapu tangan sebelum dibersihkan benar yang masih melekat di jari-jarinya, karena ia tidak tahu bagian mana dari makanan itu yang ada berkatnya.” (HR. Muslim)
Jabir berkata, Rasulullah bersabda : “Rasulullah menyuruh membersihkan sisa makanan yang dipiring maupun yang di jari, sambil bersabda kamu tidak mengetahui di bagian manakah makananmu yang berkat.” (HR. Muslim)
Kaab bin Malik berkata : “Saya melihat Rasulullah saw makan dengan jari, dan jika selesai lalu memakan apa yang masih menempel pada jari-jarinya hingga bersih.” (HR. Muslim)
Jangan pula salah seorang dari kamu mencela makanan yang terhidang, karena Rasulullah pun tak pernah mencela makanan. Jika suka dimakannya, jika tidak beliau tinggalkan.
Begitu juga sebaiknya tidak makan dan minum sambil berdiri / bersandar, apalagi dengan tangan kiri, itu semua makruh hukumnya. Jagalah keharuman mulut kita masing-masing, Rasulullah jika masuk rumah pulang dari suatu tempat, maka pekerjaan pertama yang dilakukannya ialah menggosok gigi.
Syuraih bin Hani bertanya kepada Aisyah ra, : “Apakah yang didahulukan Rasulullah jika masuk rumahnya ?” Aisyah menjawab : “gosok gigi” (HR. Muslim)
Seorang isteri yang mengekalkan shalat dhuha, akan dicintai oleh Allah dan suaminya. Karena isteri Rasulullah (Aisyah) pun demikian. Ikhwan dan akhwat, yakinkan dalam hati kita, bahwa kita menikah adalah untuk mempertebal keteguhan hati kita dalam membela agama Allah, agar mata kita selamat dari dosa, agar hati kita bersih dari zina hati, serta lahir dari kita generasi penerus pembela risalah suci Al Islam, karena nikah adalah ibadah.
Dirangkum oleh Ustadz M. Aas Satibi (pondok pesantren Pulosari Leuwigoong Kab. Garut) dari berbagai macam kitab fikih